Ketika pandemi mulai melanda dunia, semua kita menjadi panik. Saat itu, kita harus segera memutuskan apa yang paling penting perlu secepatnya dilakukan dan apa yang bisa kita tunda atau tunggu untuk dilakukan.Â
Keputusan dibuat dan kemudian bisa diubah apabila informasi baru muncul atau terjadi perubahan kondisi. Yang perlu kita lakukan pada tahap ini adalah terus mengumpulkan informasi baru, mengevaluasinya, menginformasikannya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Tahapan kedua, transisi. Transisi menandakan pergerakan dari satu tahap ke tahap lainnya. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap triase dapat digunakan pada tahap ini. Diharapkan ada semacam stabilisasi dalam tahap ini, tetapi keputusan diambil, dan kemungkinan besar akan diubah karena situasi yang terus berkembang.Â
Di masa krisis yang berubah dengan sangat cepat seperti pandemi COVID-19 ini, rencana kita minggu yang lalu mungkin sekarang berubah menjadi sesuatu yang sangat penting, kurang penting atau bahkan tidak penting untuk dipertimbangkan.Â
Kini kita berada dalam tahap ini. Tahap ini bisa memakan waktu yang sangat lama. Semua dari kita harus bisa menunjukkan kesabaran, empati, dan komunikasi yang baik. Itu semua akan menjadi kunci kita menjalani tahap ini.Â
Tahapan ketiga, transformasi. Transformasi adalah perubahan bentuk, penampilan, sifat atau karakter. Ini bisa dianalogikan dengan ketika telur menjadi kupu-kupu. Pertama, telur berubah menjadi larva, kemudian menjadi pupa dan akhirnya menjadi kupu-kupu.Â
Tidak ada katak yang langsung melompat ke depan. Dalam transformasi, kita akan membangun sebuah sistem dan proses yang lebih permanen serta menerima datangnya kebiasaan baru.Â
Memang kita belum berada dalam tahapan transformasi. Tahap ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi di sinilah potensi praktik terbaik dapat muncul karena kita telah diuji selama tahap triase dan transisi.
Transformasi memberi kita kesempatan untuk kita menyempurnakan area fokus strategis kita, mengubah praktik dan kebijakan, dan memastikan kesiapan untuk masa depan yang lebih baik.
Alhasil, kepemimpinan menjadi kunci dalam menghadapi pandemi ini. Dalam konteks pendidikan, kepemimpinan pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan dan kebudayaan dan jajaran dibawahnya sangat menentukan arah bagaimana pandemi ini bisa ditangani dengan baik.
Dalam skup sekolah, pastinya para guru dan staf tata laksana sekolah yang dikomandani oleh kepala sekolah yang juga memiliki peran yang sama pentingnya terkait masalah ini. Oleh karenanya, marilah kita sama-sama belajar menghadapi krisis pandemi ini sehingga kita bisa melewati setiap tahapan dengan baik, dan pada akhirnya akan keluar dari masa-masa sulit ini.