Pembelajaran daring semester ini usai, bagaimana semester depan? Inilah pertanyaan yang jawabannya ditunggu khalayak ramai. Kebijakan sektor pendidikan memang memiliki tempat penting di masyarakat. Pandemi COVID-19 yang belum mereda masih membuat galau para stakeholder pendidikan untuk memutuskan mekanisme pembukaan sekolah di semester depan.
Saat ini, beberapa sekolah mungkin sedang melaksanakan atau sudah selesai melaksanakan Penilaian Akhir Semester (PAS). Setelah PAS, rapor akan dibagikan dan akan dimulai masa libur panjang akhir semester. Setelah liburan berakhir, semester kedua menatap kita semua di depan mata.
Tatap Muka atau Daring?
Sebenarnya arahan pemerintah terkait pembukaan sekolah tatap muka pada semester depan sudah sangat jelas. Melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri yang dikeluarkan beberapa waktu lalu, pemerintah menyerahkan keputusan skenario pembukaan sekolah tatap muka semester depan kepada pemerintah daerah, satuan gugus tugas (satgas)COVID-19 daerah, satuan pendidikan, dan orang tua.
Tak banyak pilihan, Penentu kebijakan bisa memutuskan sekolah dibuka kembali dengan pembelajaran tatap muka dibawah protokol kesehatan yang ketat atau melanjutkan pembelajaran daring di rumah.
Meskipun pilihan sudah jelas, memilih satu diantara dua pilihan sulit, tidaklah mudah. Perlu pertimbangan yang matang dan kehati-hatian bagaimana menentukan skenario mekanisme pembukaan sekolah. Pemerintah daerah, satgas, sekolah, dan orang tua perlu bersinergi untuk benar-benar menentukan pilihan keputusan.
Kedua pilihan memang tak mudah. Memaksakan membuka sekolah disaat angka penularan virus yang masih tinggi, bisa menjadi bumerang bagi masyarakat. Belum lagi permasalahan persiapan yang juga tidak mudah.
Menyiapkan infrastruktur tata ruang untuk kesehatan, kebersihan, pembelajaran, dan keamanan peserta didik di masa pembelajaran transisi dan masa adaptasi kebiasaan baru tidak bisa dilakukan sekejap mata. Perlu perencanaan dan biaya. Permasalahan sumber daya manusia yang mungkin belum siap dan tidak mencukupi juga menjadi tantangan besar untuk membuka sekolah tatap muka.
Selain itu, persiapan secara mental juga tidak boleh dilupakan. Faktor psikososial guru dan siswa perlu dipikirkan. Dibutuhkan sosialisasi dan pelatihan yang komprehensif agar semua prosedur bisa dipahami dengan baik. Sehingga pada saatnya, guru dan siswa bisa siap baik secara fisik maupun mental.
Memperhatikan ini semua, rasanya persiapan pembukaan sekolah tatap muka akan menjadi momok besar bagi sebagian sekolah. Kepala sekolah dan dewan guru dipaksa untuk bekerja ekstra keras untuk menghadapi ini semua. Ketika sekolah dibuka pun manfaatnya belum benar-benar teruji. Apakah membuka sekolah secara tatap muka sudah menjadi benar-benar keputusan yang tepat? Hal ini masih menyisakan tanda tanya besar yang tak seorang pun berani menjawabnya.
Di sisi lain melanjutkan pembelajaran daring pun tak kalah rumitnya. Kita sudah sama-sama tahu apa kekurangan pembelajaran daring yang sudah dilakukan hampir 9 bulan lamanya.
Rasanya, dalam kurun waktu yang tak pendek itu, sudah banyak research dan penelitian yang bisa kita gunakan sebagai acuan untuk menimbang dan menakar baik dan buruknya pembelajaran daring. Kita semua sudah belajar dari apa yang sudah kita hadapi selama ini.
Pengambilan Keputusan
Kini, bola panas ada pada tangan pemerintah daerah, satgas COVID-19 daerah, satuan pendidikan, dan orang tua. Pemahaman mereka tentang SKB 4 menteri penting untuk menentukan keputusan yang diambil.
Seyogyanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menyikapi SKB 4 menteri secara seimbang dan proporsional dalam rangka menentukan keputusan.Â
Ulama dan intelektual Muhammad Fethullah Gulen dalam ceramahnya pernah menyampaikan beberapa hal terkait dengan pengambilan keputusan yang baik. Rasanya apa yang disampaikan sangat relevan kita terapkan pada permasalahan menentukan keputusan untuk membuka sekolah semester depan.
Pertama, berkenaan dengan SKB ini ada hal-hal yang harus dijadikan prioritas utama dan harus selalu menjadi acuan dasar dalam mengambil keputusan.Â
Pertimbangan pembukaan sekolah harus selaras dengan peraturan terkait tentang kesehatan masyarakat, hak masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, proses penanggulangan bencana, dan tentang tata kelola pemerintahan daerah.Â
Hal-hal inilah yang seharusnya menjadi pondasi kerangka berpikir dalam rangka mengambil keputusan besar membuka kembali sekolah tatap muka. Selayaknya sebuah pondasi, pemikiran terkait hal inilah yang akan menentukan kekokohan dan kekuatan kerangka keputusan yang akan didiskusikan.
Kedua, memahami dasar filosofi keputusan yang akan diambil. Berdasarkan pemaparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mas Nadiem Makarim, dasar dikeluarkannya SKB 4 menteri adalah kendala dan dampak negatif  pembelajaran daring pada anak.
Hal ini seharusnya menantang para pengambil keputusan untuk bisa menganalisis lebih mendalam, menggunakan data dan fakta yang lengkap dan terpercaya terkait hal ini. Apa yang disampaikan Mas Menteri adalah berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran tingkat nasional di pusat. Sedangkan kita ada di daerah yang kondisinya bisa saja berbeda.
Karena SKB ini secara prinsip mengarahkan kepada daerah untuk mengambil keputusan, maka sudah menjadi kewajiban daerah, dalam hal ini pemda dan sekolah, untuk mengkaji lagi kondisi riil di daerah masing-masing. Setiap daerah pastinya memiliki kondisi yang tak mungkin sama.
Ketiga, keputusan yang diambil semestinya sudah melalui mekanisme keputusan bersama dan pemikiran bersama. Artinya koordinasi, sinergi, dan komunikasi yang lancar harus benar-benar tercipta di antara elemen-elemen yang berwenang mengambil keputusan.
Semua elemen masyarakat mungkin memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyikapi kondisi ini. Masukan dan saran dari seluruh elemen masyarakat perlu didengarkan.
Dalam hal ini, pemerintah daerah melalui dinas pendidikan dan kebudayaan (disdikbud) harus bisa berperan aktif menginisiasi pengambilan keputusan. Disdikbud harus menggandeng satuan pendidikan sebagai mitra utama pengambilan keputusan.Â
Peran orang tua juga tidak boleh diabaikan. Tak bisa dipungkiri, keputusan akhir ada di tangan orang tua. Meskipun disdikbud dan sekolah siap membuka sekolah, tanpa ada restu orang tua, pembukaan pembelajaran tatap muka belum bisa direalisasikan.
Keempat, para pengambil keputusan seharusnya bisa belajar dari pengalaman. Studi pengalaman harus dilihat dari dua sisi keputusan, sisi keputusan membuka sekolah tatap muka dan sisi keputusan melanjutkan pembelajaran daring.Â
Ada banyak daerah atau negara yang menerapkan kebijakan yang berbeda-beda. Dengan melihat dampak dan efek dari kebijakan yang diambil di tempat lain, paling tidak bisa memberikan gambaran dasar akan resiko yang akan ditanggung dari sebuah keputusan.Â
Dari sini mungkin para pengambil keputusan bisa menelaah dan mendalami lebih dalam sehingga bisa mendapatkan pertimbangan pengambilan keputusan dari sisi yang lain.
Sebuah Refleksi
Dengan memperhatikan keempat hal tersebut, keputusan berat terkait pembukaan semester depan harus segera dilakukan dan diinformasikan ke masyarakat. Bagi sekolah, hal ini menjadi hal yang krusial dalam rangka mempersiapkan diri menyongsong semester baru.Â
Apapun keputusan yang akan diambil akan menjadi acuan bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajaran. Di masa-masa ini, semua kita membutuhkan kejelasan agar bisa bertindak dengan cepat dan tepat menyesuaikan dengan keadaan.
Alhasil, SKB 4 menteri memang sudah jelas, tetapi realisasinya memusingkan kita semua. Keputusan terkait pembukaan sekolah di semester depan memang dilematis. Semua kita terasa ada di persimpangan.Â
Namun, hal ini bukan berarti kita harus lambat mengambil keputusan. Di masa bencana, keputusan harus bisa diambil dengan cepat. Keputusan cepat memerlukan kerja ekstra dari kita semua. Selain cepat, ketepatan juga harus dipertimbangkan.Â
Jangan sampai, karena mengejar kecepatan berbagai hal harus dikorbankan. Keputusan yang diambil harus melewati pertimbangan yang penuh dengan kehati-hatian.Â
Perlu diingat, jika terjadi kesalahan atas apa yang akan kita putuskan sekarang, untuk memperbaikinya akan menjadi permasalahan baru di masa depan.
[Baca Juga: Kita Masih Harus Bersabar Menghadapi Pandemi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H