Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mensos Tersangka Korupsi, Perlu KPK Khusus untuk Politik

6 Desember 2020   07:02 Diperbarui: 6 Desember 2020   07:14 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua KPK Firli Bahuri dan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron (Dokumentasi/KPK via kompas.com)

Lantas, apakah nantinya partai oposisi akan berjaya kembali seperti halnya pemilu tahun 2014?

Partai oposisi yang tersisa sekarang adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Keduanya adalah partai yang pernah berkuasa sebelumnya. Rasanya sulit memprediksi keduanya kembali naik memenangi pemilu 2024 kelak.

Di tengah kondisi stagnan politik seperti ini, rasanya kehadiran partai-partai baru mungkin akan membawa angin segar bagi negeri ini. 

Di era ini, ada beberapa partai baru bermunculan. Sebut saja, Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Partai Gelora yang berisikan para mantan elit politik PKS, Partai Ummat yang akan segera dideklarasikan Amien Rais yang keluar dari PAN, dan Partai Masyumi Reborn yang katanya didukung oleh organisasi fenomenal Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dengan beberapa tokohnya dan berencana menggandeng Habib Rizieq dengan Front  Pembela Islamnya.

Menarik ditunggu, apa yang akan terjadi di pemilu yang akan datang. Apakah partai berkuasa akan bertahan? Atau oposisi yang akan mengambil alih? Atau malah justru partai baru akan kejatuhan duren?

Alhasil, kasus korupsi memang selalu enak dikaitkan dengan politik. Meskipun kasus hukum tidak selayaknya dipolitisasi. Sepertinya halnya ada partai baru, rasanya perlu ada komisi khusus baru yang membantu KPK mengurusi persoalan ini, sebut saja Komisi Politik Korupsi. 

Singkatannya sama-sama KPK tetapi memiliki arti yang berbeda. KPK khusus ini diharapkan bisa memberikan psikoterapi khusus bagi para politikus yang melakukan korupsi. 

Perlukah? Saya beropini, silakan Anda yang menyimpulkan.

[Baca Juga: Hal-hal Kecil yang Bermakna Besar]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun