Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cintai Profesi Guru

14 November 2020   07:13 Diperbarui: 14 November 2020   07:46 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru Mengajar (AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA via kompas.com) 

Cinta disini bukanlah cinta antara laki-laki dan perempuan, cinta disini bukanlah cinta yang didorongkan hawa nafsu antara pemuda dan pemudi. Cinta disini maksudnya adalah rasa suka. Suka yang didasari kasih dan sayang.

Lantas apakah mencintai profesi guru saja cukup dalam mendidik? Saya katakan "tidak". Cinta saja tidak cukup, tetapi kita perlu menebarkannya, "Love and Spread Love." 

Dalam konteks guru, maka cinta perlu ditebarkan kepada siswa, orang tua, dan stakeholder pendidikan lainnya.

Bagi siswa, rasa cinta memang perlu ditumbuhkan. Siswa perlu mencintai gurunya, siswa juga perlu mencintai ilmu pengetahuan yang diajarkan gurunya. Siswa bisa saja cinta kepada gurunya disebabkan karena menyukai pelajaran yang diampunya, atau sebaliknya siswa cinta kepada pelajaran yang diampunya disebabkan karena menyukai gurunya.

Jika guru mencintai siswanya, dan siswa mencintai gurunya akan terjadi sebuah harmoni. Jika terdapat harmoni proses pembelajaran akan bisa berlangsung dengan lebih baik. Kedua pihak, pengajar dan yang diajar, akan saling memahami dan saling pengertian satu sama lain.

Hal lain yang perlu dipahami adalah cinta memerlukan aksi, realisasi, dan wujud nyata. Kita katakan "love is a verb". Ya, cinta yang dimaksud adalah sebuah kata kerja, bukan hanya sekedar perasaan (feeling).

Guru seharusnya bisa menginterpretasikan dan merealisasikan rasa cintanya dalam perbuatan, sikap, dan perilakunya terhadap siswa, dimanapun, di dalam atau di luar kelas.

Bayangkan saja bagaimana seorang yang sedang jatuh cinta memperhatikan dan memperlakukan seseorang yang dicintainya, begitu juga seorang guru seharusnya bersikap terhadap siswanya.

Aktivis pendidikan dan intelektual Muhammad Fetullah Gulen berkata dalam bukunya pearls of wisdom, "Jika kita tidak menanam benih cinta di hati anak muda, yang kita coba hidupkan kembali melalui sains, pengetahuan, dan budaya modern, mereka tidak akan pernah mencapai kesempurnaan moral." 

Ya, dengan menanamkan cinta, tujuan pendidikan yang komprehensif akan tercapai. Dengan cinta siswa akan belajar ilmu, pengetahuan, budaya, dan moral. Bukankah ini yang diamanahkan dari pendidikan? Bukankah hal ini tujuan utama pendidikan? Bukankah hal ini penting di dalam kehidupan?

Alhasil, mencintai profesi sebagai guru akan hadir sendirinya dengan bergulirnya waktu. Dengan syarat, kita menikmati setiap proses dan pengalaman yang kita lewati ketika menjalankan profesi ini. Ketika ini terjadi, baru kita akan merasakan kebahagian memiliki profesi sebagai guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun