Dalam konteks Pemilu AS, kita harapkan juga Joe Biden menjadi "Paman Biden". Paman Biden yang diharapkan merakyat, menyatukan, bekerja untuk rakyat, dan melayani rakyat. Patut ditunggu "Paman Biden" yang benar-benar bisa merubah kebijakan politik AS baik dalam maupun luar negeri.
Tak bisa dipungkiri, AS sebagai negara adidaya dan negara yang memiliki perekonomian dan militer terbesar di dunia memiliki peran penting dalam menjaga kemaslahatan dunia. Siapapun yang akan berada di tampuk pimpinan tertinggi AS pastinya akan bisa mempengaruhi dunia.
Pilpres AS dan Corona
Biden bisa dibilang beruntung. Maju di pilpres di masa pandemi corona menimpa AS dan seluruh dunia. Mungkin bisa dikatakan, jika tidak ada corona rasanya sulit bagi Biden bisa mengalahkan Trump, setidaknya itu analisis saya.
Sebelum pandemi, Trump begitu agresif menguatkan ekonomi AS. Perang dagang dengan China terasa sangat menguatkan posisinya sebagai Presiden AS. Belum lagi politik persenjataan nuklir yang perlu diacungi jempol. AS bisa bernegosiasi baik dengan Korea Utara, dan mendesak Iran, meskipun belum bisa menembusnya.
Di dalam negeri, posisi Trump juga masih terlihat kuat. Kebijakan politik populisme Trump didukung senat dan sebagian rakyat yang mendukung partai republik, partai pendukung Trump. Meskipun Trump mesti harus selalu bersitegang dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang dikuasai partai demokrat, kebijakan terlihat berjalan mulus dan lancar.
Semua berubah ketika corona datang. Pandemi memaksa resesi ekonomi, rakyat semakin susah, pengangguran bertambah.Â
Corona juga memukul rakyat AS dari sisi kesehatan. Sampai saat ini, AS masih tercatat menjadi negara dengan jumlah kasus positif covid-19 dan kematian tertinggi di dunia. Jauh melampaui China, tempat asal covid-19 yang notabenenya pesaing AS pada perang dagang.
Trump menerima banyak kritik tentang penanganan covid-19 di dalam negeri. Trump dinilai tidak menghiraukan pendapat para ahli sains dan kesehatan. Banyak kebijakannya yang bertolak belakang dengan mereka.
Trump terkesan mengabaikan protokol kesehatan. Hal ini sangat jelas terlihat ketika pilpres memasuki masa kampanye. Perdebatan pada masa kampanye mengarah kepada dua perbedaan cara kedua calon merespon covid-19. Trump cenderung mengabaikan protokol kesehatan, Biden mementingkannya. Bahkan, akhirnya Trump sendiri terkena batunya dengan sempat terpapar covid-19 di akhir masa kampanye.
Corona juga memukul kebijakan luar negeri AS. Hubungan dengan China memanas dengan adanya selorohan "Virus China" dari Trump. Belum lagi hubungan dengan World Health Organization (WHO) yang terputus terkait dengan masalah pendanaan penanganan covid-19.Â
Kearogansian Trump juga terlihat pada soal vaksin covid-19. Meskipun sampai saat ini vaksin belum ditemukan, Trump dari jauh-jauh hari sudah menyatakan vaccine nationalism yang dikritisi WHO.Â