Mengunjungi panti werdha membuat perasaan saya campur aduk, antara senang dan sedih. Senang bisa datang ikut menghibur dan mendengarkan cerita pengalaman para orang tua atau orang lansia yang tinggal disana.
Yang menarik, seolah tak peduli apapun keadaannya, para lansia begitu senang, semangat dan bangga sekali ketika menceritakan tentang kehidupan anak-anaknya kepada kami. Hal inilah yang membuat saya tersadar bagaimana besarnya rasa cinta orang tua kepada anaknya.
Selain senang, ada juga rasa sedihnya. Seperti halnya ketika terbersit dalam pikiran saya bagaimana mungkin seorang anak bisa dengan teganya menitipkan orang tuanya ke panti werdha, meskipun sebagiannya mungkin karena terpaksa. Bukankah sejatinya sudah menjadi kewajiban anak untuk menjaga orang tuanya yang sudah renta?
Bertambah kesedihan saya ketika melihat para lansia yang harus terbujur sakit di tempat tidur. Tak ada teman yang menemani, hanya teman lansia lain dan perawat yang mereka miliki.Â
Para Lansia di Masa Pandemi
Para lansia memang rentan terkena penyakit. Jika tidak ada penyakit kronis, pikun (demensia) menjadi penyakit yang menjadi ancaman terbesar untuk mereka.
Semakin lanjut usianya, semakin besar kemungkinan terkena penyakit yang tidak ada obatnya ini. Bahayanya, demensia tidak ada hanya bisa mengganggu fungsi otak, ada kemungkinan juga bisa mengganggu fungsi tubuh yang lain, yang bisa lebih membahayakan.
Di masa pandemi sekarang ini, ada dampak positif dan negatif bagi para lansia. Bagi mereka yang tinggal di panti werdha mungkin akan lebih terasa dampak negatifnya.Â
Pembatasan sosial yang dilakukan, membuat kunjungan ke panti werdha semakin sedikit. Para penghuni panti pun semakin kesepian. Hal ini bisa memiliki dampak bahaya bagi kesehatan mereka.
Bagi lansia yang tinggal di rumah, lebih beruntung. Karena anggota keluarga yang lain harus tinggal di rumah, para lansia merasa tidak kesepian. Ada teman mengobrol, bermain dan bersenda gurau.
Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa terapi penyembuhan yang dilakukan kepada seorang lansia yang memiliki penyakit kronis, perkembangannya sangat signifikan selama pandemi.Â
Ternyata, sebabnya adalah selama pandemi, cucunya belajar daring yang membuatnya selalu ada dirumah. Sehingga, semakin sering nenek dan cucu berinteraksi. Hal ini membuat neneknya merasa semakin bahagia.Â