Masalah rasial masih sering terjadi. Para politisi pun menggunakan masalah imigrasi ini sebagai senjata politiknya. Masyarakat Prancis juga masih belum bisa menerima secara penuh para imigran sebagai bagian dari negaranya. Jadilah konflik sosial, politik dan budaya sangat rentan terjadi.
Kedua, kemungkinan aksi ini juga didorong oleh kebebasan berekspresi yang kebablasan. Bukankah asal muasal kejadian di Prancis ini adalah tentang perdebatan kebebasan berekspresi?
Jadi, daripada harus menjadikan agama sebagai kambing hitam, mungkin dunia seharusnya melihat kembali batasan-batasan yang harus diperhatikan berkenaan dengan kebebasan berekspresi. Jangan artikan kebebasan berekspresi dengan bebas melakukan apa saja tanpa memperhatikan nilai-nilai dan batasan-batasan di masyarakat.
Sekarang coba kita pikirkan, andai masalah imigrasi dan kebebasan berekspresi ini menimpa agama lain, atau mungkin menimpa suku bangsa, ras atau golongan tertentu, sudah pasti hal yang sama juga mungkin bisa dilakukan oleh mereka.Â
Jadi, membawa embel-embel agama rasanya kurang tepat untuk menyikapi hal ini. Yang benar adalah terorisme ini dilakukan oleh "ekstremis" bukan "ekstremis Islam". Karena Islam yang sejati tidak membuka celah pada ekstremisme.
Sebuah Refleksi
Secara umum, kita sangat mengapresiasi dan memuji sikap Presiden Jokowi yang mewakili rakyat Indonesia menanggapi masalah pernyataan Presiden Prancis ini. Tetapi ada satu hal yang mengganjal di hati, satu hal kecil yang penting terasa terlupakan atau mungkin sengaja dilupakan.
Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi tidak memberikan ucapan simpati kepada korban aksi terorisme, saya juga tidak mendengar ucapan turut berduka cita dan bersedih kepada keluarga yang ditinggalkan, dan kepada seluruh rakyat Prancis.
Meskipun kita mengecam tindakan terorisme, meskipun kita mengecam pernyataan Presiden Prancis rasanya semua mengarah kepada tindakan defensif kita mempertahankan agama dan keyakinan kita yang sedang dihina dan dijadikan kambing hitam.Â
Akan lebih elok jika ucapan duka cita dan bersedih diungkapkan Pak Jokowi, demi kemanusiaan, karena sejatinya para korban juga manusia seperti kita yang membutuhkan simpati dan dukungan.
Bukankah Islam mengajarkan hal itu? Mari kita mencontoh teladan Nabi Muhammad SAW yang tetap menyuapi pengemis buta dengan penuh kasih sayang padahal pengemis buta itu menghina dan mencaci makinya setiap hari.
Saya berhusnuzan kepada Pak Jokowi mengenai hal ini, mungkin hal kecil ini terlupakan, mungkin Pak Jokowi merasa hal ini sudah terwakili dengan ucapan kecaman terhadap aksi terorisme yang terjadi. Tetapi sejatinya hal ini penting dilakukan untuk membuka pintu hati rakyat Prancis.