Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ada Sedikit Kekurangan dalam Tanggapan Jokowi terhadap Pernyataan Presiden Prancis

1 November 2020   07:21 Diperbarui: 1 November 2020   07:23 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah rasial masih sering terjadi. Para politisi pun menggunakan masalah imigrasi ini sebagai senjata politiknya. Masyarakat Prancis juga masih belum bisa menerima secara penuh para imigran sebagai bagian dari negaranya. Jadilah konflik sosial, politik dan budaya sangat rentan terjadi.

Kedua, kemungkinan aksi ini juga didorong oleh kebebasan berekspresi yang kebablasan. Bukankah asal muasal kejadian di Prancis ini adalah tentang perdebatan kebebasan berekspresi?

Jadi, daripada harus menjadikan agama sebagai kambing hitam, mungkin dunia seharusnya melihat kembali batasan-batasan yang harus diperhatikan berkenaan dengan kebebasan berekspresi. Jangan artikan kebebasan berekspresi dengan bebas melakukan apa saja tanpa memperhatikan nilai-nilai dan batasan-batasan di masyarakat.

Sekarang coba kita pikirkan, andai masalah imigrasi dan kebebasan berekspresi ini menimpa agama lain, atau mungkin menimpa suku bangsa, ras atau golongan tertentu, sudah pasti hal yang sama juga mungkin bisa dilakukan oleh mereka. 

Jadi, membawa embel-embel agama rasanya kurang tepat untuk menyikapi hal ini. Yang benar adalah terorisme ini dilakukan oleh "ekstremis" bukan "ekstremis Islam". Karena Islam yang sejati tidak membuka celah pada ekstremisme.

Sebuah Refleksi

Secara umum, kita sangat mengapresiasi dan memuji sikap Presiden Jokowi yang mewakili rakyat Indonesia menanggapi masalah pernyataan Presiden Prancis ini. Tetapi ada satu hal yang mengganjal di hati, satu hal kecil yang penting terasa terlupakan atau mungkin sengaja dilupakan.

Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi tidak memberikan ucapan simpati kepada korban aksi terorisme, saya juga tidak mendengar ucapan turut berduka cita dan bersedih kepada keluarga yang ditinggalkan, dan kepada seluruh rakyat Prancis.

Meskipun kita mengecam tindakan terorisme, meskipun kita mengecam pernyataan Presiden Prancis rasanya semua mengarah kepada tindakan defensif kita mempertahankan agama dan keyakinan kita yang sedang dihina dan dijadikan kambing hitam. 

Akan lebih elok jika ucapan duka cita dan bersedih diungkapkan Pak Jokowi, demi kemanusiaan, karena sejatinya para korban juga manusia seperti kita yang membutuhkan simpati dan dukungan.

Bukankah Islam mengajarkan hal itu? Mari kita mencontoh teladan Nabi Muhammad SAW yang tetap menyuapi pengemis buta dengan penuh kasih sayang padahal pengemis buta itu menghina dan mencaci makinya setiap hari.

Saya berhusnuzan kepada Pak Jokowi mengenai hal ini, mungkin hal kecil ini terlupakan, mungkin Pak Jokowi merasa hal ini sudah terwakili dengan ucapan kecaman terhadap aksi terorisme yang terjadi. Tetapi sejatinya hal ini penting dilakukan untuk membuka pintu hati rakyat Prancis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun