Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persatuan adalah Saling Memahami dalam Perbedaan

28 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 28 Oktober 2020   11:19 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Sumpah Pemuda (dokumen pribadi)

"Setiap orang berbeda, jangan hakimi seseorang, tetapi pahamilah" Itu komentar salah satu siswa ketika saya tanya apa refleksi dirinya mempelajari materi "Laju Reaksi" minggu lalu.

Siswa ini menjelaskan bahwa segala fenomena di dunia ini selalu berbeda, tidak akan pernah sama. Perubahan kuantitas yang terjadi pada selang waktu tertentu tidak pernah sama pada satu peristiwa ke peristiwa yang lain. Oleh karenanya, tidak akan pernah ada laju reaksi yang benar-benar sama.

Perbedaan dalam Laju Reaksi

Dalam reaksi kimia, selalu ada reaksi yang berjalan cepat, dan ada yang lambat. Ada yang perubahannya terlihat, ada yang tidak. Ada yang efeknya langsung terasa, ada yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa dirasakan. Intinya terdapat banyak perbedaan, dan rasanya tidak mungkin ada yang sama.

Oleh karenanya, yang perlu kita lakukan adalah memperhatikan laju sebuah reaksi, atau mempelajari seberapa cepat peristiwa/perubahan terjadi. Dengan mempelajarinya, kita akan memahami perbedaannya. 

Jika kita sudah memahami perbedaannya, maka kita akan mudah untuk mengelola perbedaan tersebut sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Misalnya, kita mengetahui reaksi pembakaran gas yang digunakan untuk kompor berjalan sangat cepat, sehingga bisa digunakan untuk memasak. Bayangkan jika reaksi pembakaran berjalan lambat, berapa lama waktu yang kita perlukan untuk memasak?

Contoh lain, kita menggunakan besi untuk membuat pagar. Besi bisa mengalami reaksi pengkaratan. Untungnya reaksi pengkaratan berlangsung lambat. Bayangkan jika reaksi pengkaratan berlangsung cepat, mungkin sebulan sekali kita harus mengganti pagar rumah.

Bahkan, manusia dengan nalarnya mampu lebih memperlambat reaksi pengkaratan. Kita melakukan pengecatan pada pagar besi depan rumah kita bukan? Tujuannya, untuk memperlambat reaksi pengkaratan, selain juga untuk tujuan estetika. 

Dari sini kita pahami, reaksi cepat dan lambat keduanya memiliki manfaat jika penggunaannya benar. Tidak melulu kita perlu mempercepat reaksi, terkadang kita perlu memperlambatnya. Tidak melulu reaksi yang cepat yang berguna, terkadang reaksi yang lambat juga bisa dimanfaatkan.

Dari pemahaman itulah, siswa saya itu mengatakan bahwa perbedaan itu jangan dihakimi, justru seharusnya dipahami. 

Perbedaan dalam Sumpah Pemuda

Ya, perbedaan memang harus dipahami. Kira-kira itulah yang dilakukan para pemuda pada kongres pemuda kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Pada waktu itu Indonesia belum merdeka.

Kongres ini menghasilkan sebuah sumpah suci para pemuda dari seluruh nusantara yang menyatakan, bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, Indonesia. 

Momen inilah yang menjadi momen dimana perbedaan bisa dipahami, perbedaan dijadikan pemersatu, perbedaan dijadikan semangat bersama untuk mengusir penjajah.

Tak pelak, momen ini digadang sebagai momen pemicu persatuan bangsa Indonesia. Momen ini yang menyadarkan bangsa Indonesia bahwa penjajah hanya bisa dilawan dengan persatuan. Puncaknya adalah diproklamasikannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Di masa kemerdekaan, tanggal 28 Oktober ditetapkan pemerintah sebagai salah satu hari bersejarah, dikenang sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Hari ini tanggal 28 Oktober 2020, diperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-92. Tema yang diangkat pemerintah tahun ini adalah bersatu dan bangkit.

Tak bisa dipungkiri, bangsa kita sedang berada pada keterpurukan. Pandemi Covid-19 yang menyebabkan terpuruknya ekonomi meluluhlantakkan kehidupan, terutama bagi rakyat yang bernasib kurang beruntung. 

"Inilah saatnya kita bersatu dan bangkit", mungkin itu yang dimaksud pemerintah. Bersatu melawan pandemi, dan bangkit dari keterpurukan.

Untuk bisa bersatu, harus adanya saling memahami. Rakyat memahami pemerintah, pemerintah memahami rakyat. Intinya harus ada komunikasi yang baik antara pemerintah dan rakyat.

Dalam hal ini, pemerintah harus memiliki komunikasi publik yang baik. Artinya pemerintah perlu menggunakan bahasa yang bisa dipahami rakyat, bahasa yang bisa masuk ke dalam hati rakyat sehingga bisa membuat rakyat tenang dan tentram. 

Rakyat yang tenang dan tentram tidak mudah tersulut provokasi dan berita hoaks sehingga konflik antara rakyat dan pemerintah bisa dihindari. 

Berkenaan dengan komunikasi, Nelson Mandela pernah berkata, "Jika Anda berbicara kepada seseorang dengan bahasa yang dia pahami, maka perkataan Anda akan masuk ke kepalanya. Jika Anda berbicara dengannya dengan menggunakan bahasanya, maka perkataan Anda akan masuk ke hatinya."

Ini yang menjadi tantangan besar untuk pemerintah bagaimana bisa menggunakan bahasa rakyat, bukan menggunakan bahasa yang dipahami rakyat. Keduanya memiliki makna yang berbeda.

Bahasa rakyat bisa dipahami jika semua aparat pemerintah mau turun ke masyarakat, merakyat, dan merasakan apa kesulitan yang dihadapi rakyat, tidak hanya ongkang kaki menikmati jabatan yang didapatkannya.

Alhasil, laju reaksi dan sumpah pemuda mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memahami sesuatu yang berbeda. Persatuan adalah saling memahami dalam perbedaan.  Yang penting bagi kita adalah bagaimana  memahami perbedaan tersebut, bukan justru menghakiminya. Dengan ini kebaikan akan tercapai dalam keberagaman kehidupan.

[Baca Juga: Siswa Izin Membuat KTP dan Pilkada]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun