Jika anda harus memilih antara berlibur ke pantai atau ke gunung mana yang anda pilih? Pasti setiap kita memiliki pilihan yang berbeda, bukan?
Kalau saya memilih pergi ke gunung. Mengapa? Ada banyak alasan, diantaranya saya ingin melihat pemandangan, ingin mendengar semilir angin, ingin merasakan dinginnya cuaca pegunungan, ingin minum teh manis hangat, dan ingin menghirup udara segar di atas gunung.
Pertanyaan yang sama diajukan oleh seorang trainer dalam sebuah pelatihan. Ini adalah cara yang sering dilakukan oleh seorang trainer Neuro-Linguistic Programme (NLP) untuk mengetahui tipe belajar seseorang.
Neuro-Linguistic Programme (NLP) adalah sebuah ilmu yang menggunakan pendekatan penyusunan kata-kata sehingga bisa masuk kedalam jiwa seseorang.
Dilansir dari laman wikipedia.com, "NLP diciptakan oleh Richard Bandler dan John Grinder di California, USA pada tahun 1970-an. Penciptanya mengklaim adanya hubungan antara proses neurologi (neuro), bahasa (linguistic) dan pola perilaku yang dipelajari melalui pengalaman (programming) dan bahwa hal tersebut dapat diubah untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan."
Tipe Belajar Manusia
Dalam NLP, ada 5 cara manusia dapat menerima informasi yang erat kaitannya dengan tipe belajar, yaitu Auditori, Visual, Kinestetik , Gustatory dan Olfactory.Â
Kelima tipe belajar tersebut mengandung perbedaan yang sangat signifikan. Salah memahami tipe belajar akan berdampak pada proses pembelajaran yang tidak akan maksimal.
Dengan menganalisis jawaban seseorang dari pertanyaan yang diajukan, seorang trainer NLP mampu memperkirakan tipe belajar efektif seseorang.
Bukan jawaban pertanyaan pantai atau gunung yang dianalisis, tetapi jawaban mengapa memilih pantai dan gunung yang bisa dianalisis. Pertanyaan pantai dan gunung sebenarnya lebih ditujukan untuk mengarahkan jawaban pertanyaan kedua agar bisa menggambarkan apa yang benar-benar disukai.
Dari contoh alasan-alasan yang saya kemukakan di atas, semuanya sudah mewakili kelima cara belajar yang mungkin ada pada diri seseorang. Itu bisa dipahami dari kata kerja yang digunakan. Setiap kata kerja mengacu kepada satu tipe belajar.
Kata kerja melihat menunjukkan visual, mendengar menunjukkan auditori, merasa menunjukkan kinestetik, mengecap rasa menunjukkan gustatory, dan menghirup menunjukkan olfactory. Sederhananya, kelima cara itu adalah lima cara menggunakan indra manusia. Indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan pencium.
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kelima kemampuan itu secara bersamaan, yang membedakan adalah mana yang lebih dominan pada setiap manusia. Dari jawaban yang diberikan, trainer akan mengetahui mana yang dominan dan bagaimana tingkat kedominannya.
Setiap Siswa Berbeda
Dalam dunia pendidikan, mengetahui cara belajar siswa adalah hal yang sangat penting. Ada satu kalimat yang perlu untuk selalu diingat oleh para guru, "Setiap siswa adalah berbeda, maka perlakukanlah mereka dengan cara yang berbeda"
Dalam merencanakan pembelajaran, guru seharusnya mampu mengaktifkan setiap siswa yang ada di kelas. Caranya, pembelajaran harus bisa mencakup semua indra manusia. Semua ini hanya bisa dilakukan dengan menerapkan pola pembelajaran berbasis siswa (student centered learning).
Bicara tentang siswa, sebenarnya tidak cukup dengan hanya mengenal tipe belajar siswa. Guru juga seharusnya mampu mengenal kepribadian (personality) siswa.
W. Ray Croizer dalam bukunya yang berjudul Individual Learners: Personality differences in education menyebutkan paling tidak ada lima sifat karakter pada siswa yang memiliki pengaruh dalam kegiatan pembelajaran, yaitu agresivitas, keresahan, motivasi prestasi, kepercayaan diri, dan perasaan malu/segan.
Guru dituntut untuk bisa memperhatikan kelima hal tersebut ketika mengajar. Lebih jauh, Croizer menuliskan, "Guru yang terampil akan mencari pendekatan individu yang kemungkinan akan cocok terhadap seorang siswa. Tujuannya, untuk mendapatkan perhatian dan rasa suka siswa, untuk menemukan cara yang tepat untuk menganalisis tugas yang siswa anggap sulit, untuk menanggapi keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar." Inilah yang disebut pendekatan personal, pendekatan kepribadian.
Setiap Guru Berbeda
Apa yang sudah dibahas ini adalah sesuatu yang baru dilihat dari satu perspektif saja. Yang baru dibahas adalah hanya dari perspektif bagaimana seharusnya guru menyesuaikan perbedaan yang terjadi.
Lantas, bagaimana dari perspektif siswa, apa yang seharusnya dijelaskan guru kepada siswa berkenaan dengan hal ini?
Menurut saya ketika guru menjelaskan hal ini kepada siswa, guru perlu melihatnya dari perspektif yang berbeda.
Kalimat "Setiap siswa adalah berbeda, maka perlakukanlah mereka dengan cara yang berbeda" harus dimaknai bahwa setiap siswa harus mampu memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Jangan sampai kalimat ini dimaknai bahwa guru harus selalu mengikuti apa yang siswa mau dan apa yang siswa butuhkan. Pemahaman seperti ini yang perlu dijelaskan kepada siswa.
Hal lain yang perlu dijelaskan kepada siswa adalah tentang penyesuaian. Jika setiap siswa berbeda, maka setiap guru juga berbeda. Artinya, tidak melulu siswa mengharapkan guru menyesuaikan dengan dirinya, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana siswa bisa menyesuaikan dirinya dengan gaya gurunya mengajar.
Penjelasan hal ini sangat penting dalam rangka menanamkan nilai-nilai sosial pada diri siswa. Dalam kehidupan nyata, jangan berharap masyarakat yang akan menyesuaikan dengan diri kita, sebaliknya kita yang seharusnya menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Alhasil, perbedaan bisa menyebabkan konflik, bisa juga membawa hikmah. Semua tergantung bagaimana kita mengelolanya.
Dalam dunia pendidikan, perbedaan mengenai konsep pendidikan, apakah berbasis kebutuhan individu atau berbasis pemberian perlakuan yang disamakan kepada semua individu, telah menjadi perdebatan yang panjang.
Intinya, siswa berbeda-beda, guru juga berbeda-beda, dari sisi cara belajar/mengajar dan juga dari sisi kepribadiannya. Perbedaan akan menjadi hikmah jika kita mampu memahaminya dan menyikapinya dengan baik dan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H