Siswa mungkin akan saling mengenal secara fisik, meski hanya sekedar melihat muka di dalam layar, atau mungkin saling mengenal dari bunyi khas suaranya masing-masing, tetapi untuk mengetahui karakter dan kepribadian siswa yang lain akan sulit sekali dilakukan dan bahkan sulit juga untuk dirasakan.
Akhirnya, tidak terbangun chemistry dalam berinteraksi, bahkan mungkin akan terjadi kesalahan persepsi dari satu siswa ke siswa yang lain. Ketika ini terjadi, konflik akan sangat mudah tersulut diantara siswa.
The Sum of Details
Lantas bagaimana solusinya untuk mengatasi ini semua?
Koordinasi antara guru dan orang tua sangat berperan penting untuk menangani permasalahan ini. Hal-hal detail perlu direncanakan dan dilakukan.
Guru perlu membuatkan pedoman kegiatan yang jelas dan mendetail untuk siswa selama kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung. Peraturan, jadwal dan tata cara mengikuti pembelajaran daring perlu dikomunikasikan dengan gamblang kepada siswa.
Disisi lain, guru dan orang tua perlu duduk bersama untuk bisa menata kegiatan siswa diluar KBM. Kegiatan bimbingan karakter, seminar, pemantapan pelajaran, maupun kegiatan ekstrakurikuler perlu dibuatkan jadwal yang teratur dan terprogram dengan baik. Peran orang tua adalah mengontrol dengan seksama kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan.
Secara berkala guru dan orang tua perlu bertemu untuk mengevaluasi performa siswa dalam mengikuti semua kegiatan, baik kegiatan KBM maupun kegiatan diluar KBM.
Guru dan orang tua juga dituntut untuk bisa memikirkan dan membuat kegiatan-kegiatan virtual yang lebih bersifat santai, diluar kegiatan formal kependidikan. Kegiatan-kegiatan santai ini diharapkan bisa mempertemukan siswa-siswa dan guru lebih sering lagi. Tujuannya adalah membangun chemistry, kedekatan emosi dan sosial.
Terkadang orang tua juga diharapkan bisa membantu siswa untuk bisa membangun atmosfir dan suasana sekolah di rumah. Secara fisik, orang tua bisa menyediakan infrastruktur belajar yang memadai. Jika memungkinkan membuat dekorasi mini kelas di rumah atau di kamar siswa, mungkin bisa menjadi salah satu alternatif solusi.
Secara psikologi, di waktu-waktu senggang mungkin orang tua bisa mengajak siswa sesekali datang ke sekolah. Sudah pastinya hal ini dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang dianjurkan. Masuk ke lingkungan sekolah atau sekedar duduk-duduk di taman sekolah mungkin bisa menghidupkan suasana dan atmosfer sekolah pada diri siswa.
Alhasil, pandemi memang menyulitkan, tetapi bisa kita siasati. Saya teringat motto dari sebuah biro konsultan pendidikan yang berbunyi "Success is the sum of details", jika diterjemahkan kira-kira artinya "Kesuksesan adalah akumulasi dari hal-hal detail yang dilakukan".