Membahas tentang masalah penyesuaian siswa baru, berikut adalah beberapa hal perlu diketahui dan diperhatikan oleh guru dan orang tua.
Pertama, dalam masa penyesuaian dengan sekolah baru, yang paling sulit dilakukan siswa adalah membangun atmosfer sekolah ke dalam rumah. Yang lebih membuat sulit adalah atmosfir sekolah yang benar-benar baru untuk siswa.Â
Tak bisa dipungkiri, pembelajaran daring menuntut rumah menjadi sekolah baru bagi siswa. Mungkin, sebagian dari siswa, baru satu atau dua kali datang ke sekolah yang baru ini. Memahami budaya sekolah baru, pastinya tidak akan mudah tanpa bisa membayangkan, apalagi menghadirkan suasana sekolah ke dalam kejiwaan mereka yang fisiknya berada di rumah.
Tempo dan ritme pembelajaran daring yang notabenenya adalah metode baru bagi siswa, ditambah lagi pertemuan di ruang virtual yang mungkin diisi oleh orang-orang baru, yang mungkin belum pernah mereka temui secara langsung sebelumnya, membuat siswa baru rentan akan dihinggapi kebosanan.Â
Jika sudah bosan, motivasi belajar akan menurun. Keadaan ini akan diperparah ketika kondisi di rumah yang kurang menunjang.
Terkadang, tidak adanya infrastruktur belajar yang memadai dan longgarnya kontrol dari orang tua di rumah membuat siswa semakin terbawa pada suasana yang tidak menentu. Atmosfer dan suasana sekolah tidak terbentuk, motivasi belajar pun akan sulit dibangkitkan.
Kedua, gadget yang menjadi alat bantu belajar baru menggantikan buku dan papan tulis terkadang sulit dikontrol penggunaannya. Siswa rentan untuk menyalahgunakan fasilitas gadget yang sebenarnya diperuntukkan untuk belajar.
Sebabnya adalah siswa baru belum memiliki teman yang bisa diajak untuk bermain atau sekedar melepas kebosanan dan kepenatan.
Akhirnya, yang sering terjadi adalah siswa kebablasan dalam menggunakan gadget. Penggunaan media sosial dan game online menjadi candu yang mungkin akan sangat mengganggu pembelajaran siswa.
Ketiga, kedekatan emosional dan sosial antar individu di kelas sulit untuk direalisasikan. Antar satu siswa dengan siswa yang lain tidak saling mengenal, siswa dan guru juga tidak saling mengenal.
Meskipun pembelajaran di ruang virtual dilakukan dengan intensitas yang mungkin tidak jauh berbeda seperti halnya dengan pembelajaran normal, tidak adanya tatap muka secara langsung menyebabkan komunikasi, kedekatan emosi dan sosial tidak berjalan sempurna.