Perlu diperhatikan, "kata" yang digunakan seorang guru bisa masuk ke pikiran sadar atau pikiran bawah sadar siswa. Jika "kata" masuk ke pikiran sadar, maka siswa akan memahami "kata" tersebut dengan otaknya. Siswa akan memahaminya sebagai sebuah perintah yang harus dilakukan.
Seharusnya, "kata" masuk ke dalam pikiran bawah sadar siswa. Dengan itu, siswa akan memahami "kata" tersebut dengan hatinya. Jika sudah masuk ke hati, maka siswa akan memahaminya sebagai sebuah inspirasi dalam kehidupannya.
Sebuah Refleksi
William A. Ward pernah berkata, "Guru biasa hanya memberitahu. Guru baik menjelaskan. Guru yang sangat baik menunjukkan. Guru hebat menginspirasi."
Jadi, jika mau menjadi guru hebat dan menginspirasi, mulailah dengan memperhatikan setiap "kata" yang keluar dari mulut kita.Â
Perlu diingat, mulutmu adalah harimaumu. Setiap "kata" yang keluar tidak akan bisa kita tarik kembali. Kelak, kita akan dimintai pertanggung jawaban akan apa yang kita katakan.
Jika perkataan kita bisa membawa energi positif pada orang lain, maka beruntunglah kita. Namun jika sebaliknya, bagaimana kita akan mempertanggung jawabkannya kelak?
Alhasil, hati-hatilah dalam berkata, pikirkanlah sebelum berkata. Kata yang memiliki efek yang kuat pada seseorang, keluar dari niat yang ikhlas dan tulus dalam mengatakannya. Niat yang tulus dan ikhlas itulah yang memberikan energi pada perkataan kita.
Apa seharusnya niat kita? Niat kita adalah untuk berkata yang baik dan benar. Jika tidak bisa berkata baik dan benar, lebih baik diam tanpa mengumbar kata-kata.
[Baca juga: Dan Keajaiban Itu Terjadi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H