Masyarakat terdidik akan mudah dipersatukan, tidak mudah terprovokasi dan tersulut konflik. Masyarakat terdidik akan mampu menjawab tantangan ekonomi yang mendera kehidupannya sehingga jauh dari kemiskinan.
Terlepas itu semua, hadiah nobel ini sudah pastinya adalah hasil pilihan bersama, bukan hanya diputuskan satu dua orang saja. Ada sebuah komite didalamnya. Komite yang duduk bersama, berpikir bersama, dan memutuskan bersama.
Ulama Muhammad Fethullah Gulen menyebut hal ini dengan collective comprehension atau pemahaman bersama. Pandangan bersama lebih berharga daripada pandangan pribadi, meskipun pribadi itu adalah seorang yang jenius sekalipun. Dalam agama dikatakan bahwa sesuatu yang diputuskan bersama pasti akan mendapatkan keberkahan.
Alhasil, hadiah nobel yang diberikan kepada WFP di masa pandemi ini terasa sangat penting. Benar pernyataan yang disampaikan komite nobel bahwa sampai saat kita memiliki vaksin medis, makanan adalah vaksin terbaik untuk melawan kekacauan. Baik kekacauan yang disebabkan pandemi ataupun yang lainnya. Bersyukurlah kita yang masih diberi nikmat makanan oleh Tuhan. Itulah sebenarnya inti pesan yang ingin disampaikan.
[Baca juga: Memahami Paham dan Gagal Paham]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H