Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan di Balik Hadiah Nobel Perdamaian 2020

11 Oktober 2020   10:17 Diperbarui: 11 Oktober 2020   10:18 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat terdidik akan mudah dipersatukan, tidak mudah terprovokasi dan tersulut konflik. Masyarakat terdidik akan mampu menjawab tantangan ekonomi yang mendera kehidupannya sehingga jauh dari kemiskinan.

Terlepas itu semua, hadiah nobel ini sudah pastinya adalah hasil pilihan bersama, bukan hanya diputuskan satu dua orang saja. Ada sebuah komite didalamnya. Komite yang duduk bersama, berpikir bersama, dan memutuskan bersama.

Ulama Muhammad Fethullah Gulen menyebut hal ini dengan collective comprehension atau pemahaman bersama. Pandangan bersama lebih berharga daripada pandangan pribadi, meskipun pribadi itu adalah seorang yang jenius sekalipun. Dalam agama dikatakan bahwa sesuatu yang diputuskan bersama pasti akan mendapatkan keberkahan.

Alhasil, hadiah nobel yang diberikan kepada WFP di masa pandemi ini terasa sangat penting. Benar pernyataan yang disampaikan komite nobel bahwa sampai saat kita memiliki vaksin medis, makanan adalah vaksin terbaik untuk melawan kekacauan. Baik kekacauan yang disebabkan pandemi ataupun yang lainnya. Bersyukurlah kita yang masih diberi nikmat makanan oleh Tuhan. Itulah sebenarnya inti pesan yang ingin disampaikan.

[Baca juga: Memahami Paham dan Gagal Paham]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun