Kaum sekularis dan liberalis mementingkan humanisme dengan mengedepankan akal dan rasio. Diskursus tentang aborsi dan LGBT adalah salah satu contoh humanisme yang kebablasan. Humanisme yang menafikan cita rasa agama dan hanya mementingkan akal dan rasio.
Sila ketiga mengandung ideologi nasionalisme. Nasionalisme adalah rasa saling tolong-menolong, bantu-membantu dan bahu-membahu dalam kebersamaan sebuah negara. Negara kita menyebutnya dengan istilah gotong royong. Katanya gotong royong adalah ekasila yang merupakan perasan dari pancasila itu sendiri.
Nasionalisme yang berlebihan akan menyebabkan chauvinisme. Chauvinisme menganggap negaranya yang paling unggul. Dalam sejarah ada nazi di Jerman, fasisme di Italia ataupun nasionalisme bangsa Jepang. Di era globalisasi, chauvinisme sudah tidak memiliki tempat lagi dan memang sudah tidak relevan.
Sila keempat mengandung ideologi demokrasi. Sebagai negara republik, demokrasi menjadi harga mati. Masa kini di dunia tak ada sistem politik dan pemerintahan yang lebih baik daripada demokrasi. Demokrasi diperjuangkan di mana-mana. Yang paling aktual adalah demonstrasi pro demokrasi yang terjadi di Hong Kong, melawan diktator Tiongkok, dan gerakan pro demokrasi di Thailand, melawan sistem monarki.
Demokrasi yang tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan tumbuhnya aristokrasi, yakni pemerintahan berada pada kelompok kecil masyarakat. Di beberapa negara, aristokrasi seakan menjadi bayangan sistem demokrasi yang diterapkan. Hasilnya adalah kediktatoran yang dibungkus dengan demokrasi. Tiongkok, Rusia, Belarusia dan Venezuela bisa dijadikan contohnya.
Sila kelima mengandung ideologi keadilan sosial. Sebenarnya inti ideologi ini adalah sosialisme. Sosialisme selalu mengutamakan kesejahteraan masyarakat, menempatkan masyarakat secara adil tanpa adanya pengkelasan atau perbedaan kasta.
Pondasi sosialisme yang lebih terstruktur diletakkan oleh Karl Marx. Karl Marx mengedepankan sosialisme untuk melawan kapitalisme yang ranum hingga abad ke-19. Pemikiran Karl Marx inilah yang lebih dikenal dengan ideologi Marxisme.Â
Sayangnya, di indonesia sosialisme-marxisme diafiliasikan dengan komunisme. Sebenarnya, komunisme adalah gabungan dari ideologi marxisme dan leninisme. Â Leninisme muncul di Uni soviet sebagai sebuah ideologi politik yang bertujuan mengambil kekuasaan dengan jalan revolusi.
Komunisme yang seperti inilah bentuk sosialisme yang berbahaya. Komunisme yang lebih mengedepankan hegemoni politik dan kekuasaan belaka, komunisme yang menafikan agama, komunisme yang mengedepankan jalan revolusi. Hal-hal itulah yang menyebabkan komunisme begitu dimusuhi di Indonesia.
Sejarah kelam pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948 dan 1965 semakin memperkuat dalil bahwa komunis tidak akan pernah diterima di negara kita.
Setelah 75 tahun Indonesia merdeka, Pancasila masih menjadi ideologi satu-satunya yang diterima di negara kita. Mungkin lebih tepatnya kita bisa katakan bahwa pancasila adalah ideologi yang menyatukan bangsa kita.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!