Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Teka-teki Letak Unsur pada Tabel Periodik

25 September 2020   21:39 Diperbarui: 25 September 2020   22:00 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari contoh ini bisa disimpulkan bahwa dengan mengetahui letak suatu unsur, memprediksi sifat suatu unsur menjadi pekerjaan yang sangat mudah. Mengetahui sifat unsur sangat penting dalam memahami perilaku unsur tersebut di alam dan bagaimana unsur tersebut bereaksi secara kimia.

Sebuah Refleksi

Belajar menentukan letak unsur pada tabel periodik mengajarkan kita bahwa satu pengetahuan yang kita miliki bisa dijadikan pijakan bagi kita untuk mempelajari pengetahuan yang lain. Dalam dunia pendidikan kita menyebutnya pengetahuan prasyarat. Satu pengetahuan bisa dipelajari jika pengetahuan sebelumnya dipahami.

Setiap pengetahuan yang kita pelajari pastinya akan memberikan manfaat kepada kita. Manfaat yang langsung maupun tak langsung.

Sayangnya, manusia biasanya selalu berpikir instan. Selalu ingin melihat manfaat dari pengetahuan yang dipelajari secara langsung. Terkadang kita tidak memahami bahwa pengetahuan yang kita pelajari justru mungkin manfaatnya akan lebih besar ketika pengetahuan itu dipakai secara tidak langsung.

Seperti halnya kita belajar tabel periodik. Manfaatnya baru terasa ketika kita memerlukan pengetahuan tentang sifat sebuah unsur atau ketika kita perlu menggantikan sebuah unsur yang memiliki sifat yang mirip di dalam sebuah reaksi.

Ulama Muhammad Fethullah Gulen pernah berkata, "Ketika cakrawala baru itu dijadikan sebagai permulaan untuk mendapatkan konsep pemikiran yang lain, ia dapat sampai kepada berbagai kesimpulan baru dan kepada kedalaman berfikir yang lebih jauh."

Kata cakrawala yang digunakan Gulen disini bisa juga kita artikan sebagai pengetahuan. Karena sejatinya cakrawala bisa digapai dengan tafakkur. Tafakur adalah proses berpikir untuk memadukan eksistensi dan esensi untuk mencapai sebuah hakikat. Hakikat tertinggi adalah ketika kita mengenal Tuhan kita.

Ya, agama mengajarkan kepada kita untuk mampu menggunakan pengetahuan yang kita miliki untuk mengenal Sang Pencipta. Bukankah hal ini yang perlu kita lakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan atas nikmat akal yang diberikan kepada kita? 

Intinya, kita seharusnya bisa mencari benang merah pengetahuan/cakrawala yang kita miliki untuk bisa mendapatkan pengetahuan/cakrawala yang lain. Hal ini harus terus berputar tanpa henti sampai akhir hayat kita. Artinya kita tidak akan pernah berhenti dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Dalam agama disebutkan, "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat."

Kita bisa saja lulus dari sekolah atau universitas. Kita bisa saja mendapat gelar tertinggi dalam kehidupan akademik kita. Itu semua tidak boleh dijadikan patokan untuk kita berhenti belajar. Sebaliknya itu harus dijadikan motivasi untuk kita terus belajar.

Alhasil, ilmu ibarat sebuah mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Yang satu akan melengkapi yang lain. Yang satu tidak lebih baik dari yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun