Hari ini di kelas saya memberikan materi tentang tabel periodik kepada siswa-siswa saya. Di awal pembelajaran saya mengatakan kepada mereka bahwa hari ini kita akan mempelajari suatu hal yang sangat mengasyikkan.Â
Ya menurut saya topik ini mengasyikkan. Kami akan mempelajari bagaimana menentukan letak suatu unsur dalam tabel periodik. Seperti kita ketahui tabel periodik adalah sebuah tabel dimana semua unsur yang sudah ditemukan diletakkan pada kotak-kotak di dalam tabel tersebut.
Letak Unsur di Tabel Periodik
Yang membuatnya topik ini mengasyikkan adalah kita ditantang bagaimana memecahkan teka-teki menemukan letak suatu unsur dalam tabel periodik. Caranya adalah dengan menganalisis alamat unsur-unsur yang diberikan.Â
Alamat unsur bisa diketahui dengan menganalisis konfigurasi elektron dan bilangan kuantum dari atom penyusun unsur tersebut. Konfigurasi elektron dan bilangan kuantum menjadi layaknya peta petunjuk untuk kita menemukan letak dari unsur yang kita ingin pelajari.
Konfigurasi elektron dan bilangan kuantum adalah dua materi yang diajarkan sebelumnya. Jadi, untuk bisa menemukan letak suatu unsur kita harus bisa mengingat kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
Lalu, apa pentingnya jika kita mengetahui letak suatu unsur dalam tabel periodik?
Banyak hal yang bisa kita pahami jika kita mengetahui letak unsur di tabel periodik. Diantaranya, sifat kelogaman, ukuran atom, nilai keelektronegatifan, nilai energi ionisasi dan nilai afinitas elektronnya.
Dalam tabel periodik, baris disebut periode, kolom disebut golongan. Unsur-unsur dalam satu periode atau satu golongan memiliki kecenderungan tertentu. Kecenderungan itu akan mempermudah kita memahami sifat-sifat unsur tersebut. Baik sifat fisika maupun sifat kimia-nya.
Sebagai contoh, mari kita lihat unsur francium. Sampai saat ini francium terkenal sebagai unsur logam yang paling aktif yang telah ditemukan. Jika kita perhatikan letak francium di tabel periodik itu berada di paling kiri bawah.
Jika dilihat dari baris dan kolom, letak francium berada di baris paling bawah (periode tertinggi) dan kolom paling kiri(golongan terendah). Dari sini kita memahami bahwa semakin ke kiri (dalam satu periode) dan semakin ke bawah (dalam satu golongan) sifat reaktifitas logam semakin meningkat.
Dari contoh ini bisa disimpulkan bahwa dengan mengetahui letak suatu unsur, memprediksi sifat suatu unsur menjadi pekerjaan yang sangat mudah. Mengetahui sifat unsur sangat penting dalam memahami perilaku unsur tersebut di alam dan bagaimana unsur tersebut bereaksi secara kimia.
Sebuah Refleksi
Belajar menentukan letak unsur pada tabel periodik mengajarkan kita bahwa satu pengetahuan yang kita miliki bisa dijadikan pijakan bagi kita untuk mempelajari pengetahuan yang lain. Dalam dunia pendidikan kita menyebutnya pengetahuan prasyarat. Satu pengetahuan bisa dipelajari jika pengetahuan sebelumnya dipahami.
Setiap pengetahuan yang kita pelajari pastinya akan memberikan manfaat kepada kita. Manfaat yang langsung maupun tak langsung.
Sayangnya, manusia biasanya selalu berpikir instan. Selalu ingin melihat manfaat dari pengetahuan yang dipelajari secara langsung. Terkadang kita tidak memahami bahwa pengetahuan yang kita pelajari justru mungkin manfaatnya akan lebih besar ketika pengetahuan itu dipakai secara tidak langsung.
Seperti halnya kita belajar tabel periodik. Manfaatnya baru terasa ketika kita memerlukan pengetahuan tentang sifat sebuah unsur atau ketika kita perlu menggantikan sebuah unsur yang memiliki sifat yang mirip di dalam sebuah reaksi.
Ulama Muhammad Fethullah Gulen pernah berkata, "Ketika cakrawala baru itu dijadikan sebagai permulaan untuk mendapatkan konsep pemikiran yang lain, ia dapat sampai kepada berbagai kesimpulan baru dan kepada kedalaman berfikir yang lebih jauh."
Kata cakrawala yang digunakan Gulen disini bisa juga kita artikan sebagai pengetahuan. Karena sejatinya cakrawala bisa digapai dengan tafakkur. Tafakur adalah proses berpikir untuk memadukan eksistensi dan esensi untuk mencapai sebuah hakikat. Hakikat tertinggi adalah ketika kita mengenal Tuhan kita.
Ya, agama mengajarkan kepada kita untuk mampu menggunakan pengetahuan yang kita miliki untuk mengenal Sang Pencipta. Bukankah hal ini yang perlu kita lakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan atas nikmat akal yang diberikan kepada kita?Â
Intinya, kita seharusnya bisa mencari benang merah pengetahuan/cakrawala yang kita miliki untuk bisa mendapatkan pengetahuan/cakrawala yang lain. Hal ini harus terus berputar tanpa henti sampai akhir hayat kita. Artinya kita tidak akan pernah berhenti dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Dalam agama disebutkan, "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat."
Kita bisa saja lulus dari sekolah atau universitas. Kita bisa saja mendapat gelar tertinggi dalam kehidupan akademik kita. Itu semua tidak boleh dijadikan patokan untuk kita berhenti belajar. Sebaliknya itu harus dijadikan motivasi untuk kita terus belajar.
Alhasil, ilmu ibarat sebuah mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Yang satu akan melengkapi yang lain. Yang satu tidak lebih baik dari yang lain.
Tugas kita adalah mempelajari setiap ilmu dengan baik. Setelah itu kita pikirkan bagaimana kita bisa mengaplikasikan ilmu yang kita dapatkan dalam kehidupan.
Jika kita berpikir seperti ini, maka mata kita akan lebih terbuka akan keindahan ilmu yang kita pelajari. Pastinya belajar akan lebih mengasyikkan dan menyenangkan.
[Baca juga: "Jas Merah" Tabel Periodik dan Kompetensi Inti Kurikulum]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H