Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Silaturahmi Gado-gado

18 September 2020   15:28 Diperbarui: 18 September 2020   15:41 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gado-gado(SYIFA NURI KHAIRUNNISA via kompas.com, gambar sudah diolah)

Tadi malam saya mengundang beberapa teman untuk menghadiri acara virtual untuk mengisi malam Jum'at kami. Bagi kami, malam Jum'at memang malam special dimana kita biasa berkumpul dan bersilaturahmi.

Sebelum pandemi dulu, biasanya setiap malam Jum'at saya menghadiri acara mingguan yang saya dan beberapa rekan kerja sepakati bersama. Acara ini, bukan arisan atau pengajian, apalagi kumpul-kumpul tanpa makna. Yang jelas acara ini menjadi ajang silaturahmi mingguan kami.

Ya, mungkin kata silaturahmi yang paling cocok digunakan. Karena silaturahmi memiliki makna yang luas.

Beragam definisi silaturahmi kita pelajari. Dalam KBBI, silaturahmi diartikan tali persahabatan atau persaudaraan. Dalam bahasa aslinya, yakni Bahasa Arab, silaturahmi sebenarnya disebut silaturahim, artinya menyambung kekerabatan. 

Dalam bahasa ilmu Sosiologi, silaturahmi diartikan bonding/mengikat dan bridging/menyambungkan. Bahkan seorang rekan pernah mengartikan silaturahmi sebagai seni bersosialisasi dengan manusia.

Lengkap sudah definisinya, seperti gado-gado yang komplit isinya.

[Baca juga: Silaturahmi, Seni Bersosialisasi dengan Manusia]

Acara Bincang Santai

Bersandar dengan ini, untuk acara virtual ini, kami mengundang teman-teman kenalan dari berbagai kalangan untuk berhadir. Sudah pastinya yang diundang adalah yang memiliki ikatan silaturahmi dengan kami. Kami undang beragam kenalan tujuannya adalah agar terasa silaturahmi gado-gadonya. Untuk program baru ini kami beri nama "Bincang Santai" agar lebih segar dan menyegarkan.

Topik tentang "Silaturahmi" sengaja kami angkat sebagai materi diskusi di acara perdana malam tadi. Harapannya peserta akan lebih memahami silaturahmi dan mau terus mengikuti acara ini. Rencananya acara ini akan rutin kami laksanakan.

Sungguh menarik sekali acara malam tadi. Karena pesertanya gado-gado, pembahasan materinya pun gado-gado jadinya. Banyak wawasan, sudut pandang dan pemahaman baru tentang silaturahmi yang kami dapatkan. Acara ini semakin memperkaya definisi silaturahmi yang sudah kita ketahui.

Benar kata teman saya dulu bahwa silaturahmi adalah seni bersosialisasi. Karena seni bisa dinikmati dari berbagai sisinya. Saya mendapatkan beberapa sudut pandang menarik mengenai silaturahmi dari acara tadi malam. 

Pertama, seorang rekan berkata bahwa untuk membangun silaturahmi harus ada kesamaan kepentingan, hobi ataupun minat. Katakanlah, ini kita sebut Klaster silaturahmi. Jangan salah artikan, klaster ini tidak bahaya, justru banyak keuntungannya. Keuntungan klaster silaturahmi adalah mudah untuk dikumpulkan karena sudah adanya kesamaan di dalamnya.

Kedua, silaturahmi itu yang penting berkumpulnya. Dari berkumpul yang serius, berupa pengajian atau seminar, atau berkumpul yang lebih santai di kafe atau di warung kopi. Siapa saja bisa ikut berkumpul asal ada sebuah ikatan yang jelas. Ikatan komunitas, rekan kerja, almamater atau juga ikatan keluarga.

Ketiga, ada juga yang melihat secangkir teh sebagai pemahaman silaturahmi. Menurutnya, masyarakat akan mudah dipertemukan dan disatukan dengan jamuan. Secangkir teh dan gorengan akan membawa kita terbawa pada obrolan hangat, yang tak terasa bisa memperkuat silaturahmi.

Keempat, silaturahmi bermakna menambah relasi atau channel. Semakin banyak silaturahmi semakin banyak teman, semakin mudah membangun bisnis pastinya. Bukan hanya bisnis, relasi bisa membantu dalam semua bidang kehidupan kita.

Bayangkan jika kita pergi ke suatu tempat untuk pertama kalinya. Jika kita tak punya relasi, kita pasti akan kesulitan. Jika ada relasi, semua bisa diatur dengan sangat mudah.

Silaturahmi Dalam Perspektif Agama

Selain dari sisi sosial, ada juga rekan-rekan yang melihat silaturahmi dari perspektif agama. Ada seorang rekan yang mengartikan silaturahmi dengan pengertian yang sangat mendalam. Katanya, silaturahmi itu adalah doa. 

Ketika kita mendoakan seorang teman dengan menyebutkan namanya itulah bentuk hakiki silaturahmi kita kepadanya. Apalagi setelah itu diikuti dengan menghubunginya. Pandangan ini yang sangat menginspirasi bagi kami.

Seorang rekan lagi mengatakan bahwa silaturahmi itu bisa memanjangkan usia. Menurutnya jangan pahami memanjangkan usia ini secara kuantitas. Yang benar adalah panjang secara kualitas. 

Satu hari usia seseorang bisa bermakna pendek maupun panjang tergantung bagaimana dia memanfaatkannya atau bagaimana dia bisa membuatnya berkualitas. Intinya, semakin banyak silaturahmi, semakin bermanfaat usianya.

Kualitas bersilaturahmi sangat ditentukan dari topik pembahasan. Menurut ulama Muhammad Fethullah Gulen bahwa dalam sebuah perkumpulan untuk bisa berkualitas dan bernilai ibadah maka semua topik yang dibicarakan harus diarahkan kepada pembicaraan tentang Tuhan. Gulen menyebutnya "Sohbeti Canan", sebuah istilah bahasa Turki yang artinya semua pembicaraan harus diarahkan tentang pembicaraan Sang Maha Pencipta. Hal inilah yang membuat silaturahmi akan berkualitas.

Acara malam tadi diakhiri dengan sebuah kesimpulan dari seorang rekan. Rekan ini mengatakan bahwa yang penting dalam silaturahmi adalah bagaimana kita mengaplikasikannya dalam kehidupan. Ya, Sungguh sebuah kesimpulan yang sangat bermakna. Bersyukurlah bagi kita yang masih bisa mengadakan acara silaturahmi. 

Alhasil, dari acara silaturahmi ala gado-gado ini, ternyata bisa menghasilkan wawasan, sudut pandang dan pemahaman silaturahmi yang gado-gado juga. 

Yang penting adalah bagaimana kita menikmati rasa gado-gado tersebut dengan rasa cinta dan kebersamaan sehingga keindahan bersilaturahmi akan kita rasakan bersama. Mungkin ini yang dimaksud silaturahmi sebagai seni bersosialisasi dengan manusia.Seni yang harus kita nikmati bersama.

[Baca Juga: Misunderstanding Game]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun