Benar kata teman saya dulu bahwa silaturahmi adalah seni bersosialisasi. Karena seni bisa dinikmati dari berbagai sisinya. Saya mendapatkan beberapa sudut pandang menarik mengenai silaturahmi dari acara tadi malam.Â
Pertama, seorang rekan berkata bahwa untuk membangun silaturahmi harus ada kesamaan kepentingan, hobi ataupun minat. Katakanlah, ini kita sebut Klaster silaturahmi. Jangan salah artikan, klaster ini tidak bahaya, justru banyak keuntungannya. Keuntungan klaster silaturahmi adalah mudah untuk dikumpulkan karena sudah adanya kesamaan di dalamnya.
Kedua, silaturahmi itu yang penting berkumpulnya. Dari berkumpul yang serius, berupa pengajian atau seminar, atau berkumpul yang lebih santai di kafe atau di warung kopi. Siapa saja bisa ikut berkumpul asal ada sebuah ikatan yang jelas. Ikatan komunitas, rekan kerja, almamater atau juga ikatan keluarga.
Ketiga, ada juga yang melihat secangkir teh sebagai pemahaman silaturahmi. Menurutnya, masyarakat akan mudah dipertemukan dan disatukan dengan jamuan. Secangkir teh dan gorengan akan membawa kita terbawa pada obrolan hangat, yang tak terasa bisa memperkuat silaturahmi.
Keempat, silaturahmi bermakna menambah relasi atau channel. Semakin banyak silaturahmi semakin banyak teman, semakin mudah membangun bisnis pastinya. Bukan hanya bisnis, relasi bisa membantu dalam semua bidang kehidupan kita.
Bayangkan jika kita pergi ke suatu tempat untuk pertama kalinya. Jika kita tak punya relasi, kita pasti akan kesulitan. Jika ada relasi, semua bisa diatur dengan sangat mudah.
Silaturahmi Dalam Perspektif Agama
Selain dari sisi sosial, ada juga rekan-rekan yang melihat silaturahmi dari perspektif agama. Ada seorang rekan yang mengartikan silaturahmi dengan pengertian yang sangat mendalam. Katanya, silaturahmi itu adalah doa.Â
Ketika kita mendoakan seorang teman dengan menyebutkan namanya itulah bentuk hakiki silaturahmi kita kepadanya. Apalagi setelah itu diikuti dengan menghubunginya. Pandangan ini yang sangat menginspirasi bagi kami.
Seorang rekan lagi mengatakan bahwa silaturahmi itu bisa memanjangkan usia. Menurutnya jangan pahami memanjangkan usia ini secara kuantitas. Yang benar adalah panjang secara kualitas.Â
Satu hari usia seseorang bisa bermakna pendek maupun panjang tergantung bagaimana dia memanfaatkannya atau bagaimana dia bisa membuatnya berkualitas. Intinya, semakin banyak silaturahmi, semakin bermanfaat usianya.
Kualitas bersilaturahmi sangat ditentukan dari topik pembahasan. Menurut ulama Muhammad Fethullah Gulen bahwa dalam sebuah perkumpulan untuk bisa berkualitas dan bernilai ibadah maka semua topik yang dibicarakan harus diarahkan kepada pembicaraan tentang Tuhan. Gulen menyebutnya "Sohbeti Canan", sebuah istilah bahasa Turki yang artinya semua pembicaraan harus diarahkan tentang pembicaraan Sang Maha Pencipta. Hal inilah yang membuat silaturahmi akan berkualitas.