Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menaikkan Kelas Intelektualitas Masyarakat

11 September 2020   12:31 Diperbarui: 12 September 2020   16:29 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Petugas memberikan teguran tertulis kepada warga saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bandung Raya, Setiabudi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/4/2020). (Foto: ANTARA FOTO/M AGUNG RAJASA via kompas.com)

Kasus covid-19 kembali memecahkan rekor kemarin (10/9/2020). Secara Nasional kenaikan kasus harian kemarin mencapai 3.861 kasus.

Hal ini seolah membenarkan langkah yang diambil Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta untuk kembali melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Seharusnya, apa yang dilakukan Pemprov DKI ini bisa dijadikan sebagai acuan. Pemerintah daerah lain harus bisa mengeluarkan langkah nyata, tegas dan terarah untuk penanganan covid-19 ini. 

PSBB dan Relevansinya

Yang menjadi tugas berat sekarang adalah bagaimana masyarakat bisa kembali diyakinkan untuk melakukan PSBB. Kondisinya adalah masyarakat sudah begitu terbiasa dengan PSBB transisi. Secara psikologis, masyarakat lebih berpikir nyaman (kalau tidak mau dibilang tidak peduli) saat ini.

Coba kita perhatikan, dimana-mana kerumunan massa masih terjadi, protokol kesehatan tak digubris lagi, pelan-pelan masyarakat melupakan kata transisi/kenormalan baru dan berubah menjadi kenormalan.

Tak bisa dipungkiri corona masih ada. Data statistik menunjukkan ini. Ya, data memang bisa salah, tapi realita mendukung kebenaran data tersebut. Realita tidak bisa ditutupi, dan realita tidak akan membohongi data. Setidaknya itu yang saya rasakan. Itulah yang  membuat mengapa PSBB penting dilakukan.

Menurut saya relevansi PSBB baru bisa dirasakan jika ada kampanye pergerakan bersama yang terencana, masif dan terpusat. Sudah tentunya ini membutuhkan peran aktif pemerintah pusat. Jika hanya pemerintah provinsi, efeknya tidak akan banyak terasa dan tidak akan relevan untuk menanggulangi masalah.

Semua jajaran pemerintah harus memiliki visi yang sama dan juga bergerak dengan misi yang sama. Penanganan covid-19 tidak akan berbuah jika hanya mengandalkan kinerja satuan tugas (satgas) covid-19.

Ya, sekarang keadaan begitu darurat. Bahkan Pak Anies mengatakan keadaan saat ini lebih berbahaya dari sebelumnya.

Pesan Kepada Masyarakat

Ilustrasi PSBB (Dok Humas Jabar via kompas.com)
Ilustrasi PSBB (Dok Humas Jabar via kompas.com)

Ulama Muhammad Fethullah Gulen dalam sebuah kesempatan pernah berkata, "Dalam hal ini, seperti halnya isi pesan yang akan disampaikan sangatlah penting, bagaimana cara penyampaian, suara dan nafas pesan tersebut juga sama pentingnya."

Ya, perlu ada pesan yang diberikan kepada masyarakat. Pesan akan pentingnya permasalahan yang kita hadapi. Perlu keseriusan, kecermatan dan kita tidak boleh lengah lagi. Saat ini kesehatan dan keselamatan harus lebih diutamakan dan diprioritaskan.

Cara penyampaian pesan kepada masyarakat juga sama pentingnya dengan isi pesan yang ingin disampaikan.

Di artikel saya kemarin, sedikit saya mengulas bagaimana gaya Pak Anies dalam menyampaikan pesan terkait covid-19. Penyampaianya begitu komprehensif sehingga mempermudah masyarakat untuk memahami pentingnya pesan yang ingin disampaikan.

[Baca juga: Saya Setuju Pak Anies Tarik Rem Darurat]

Ya, keindahan gaya penyampaian sesuatu memang begitu penting. Gaya penyampaian harus di sesuaikan dengan zaman kita berada.

Di era dimana ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi dijunjung tinggi seperti sekarang ini diperlukan langkah-langkah yang sesuai untuk bisa menyampaikan pesan dengan baik.

Masih mengutip perkataan ulama Muhammad Fethullah Gulen, "Kita harus segera menyampaikan makna yang muncul di benak kita melalui tahapan imajinasi (tahayyul), pemikiran (tasawwur) dan penggunaan akal (taakkul) dan menuangkannya ke dalam cetakan yang paling tepat."

Ya, untuk bisa menyampaikan pesan dengan baik dan sesuai dengan zaman diperlukan tahapan-tahapan tersebut.

Membuat gambaran komprehensif akan pesan yang akan disampaikan dengan cara mengaktifkan imajinasi, pemikiran dan akal/logika.

Kita bisa melihat ketiga proses tersebut dalam kebijakan "tarik rem darurat" yang diambil pemprov Jakarta. Imajinasi diaktifkan dengan adanya prediksi bahwa kapasitas daya tampung maksimum rumah sakit akan terpenuhi dalam waktu dekat.

Pemikiran dilakukan dengan adanya usaha-usaha menanggulangi masalah yang ada. Penambahan kapasitas rumah sakit dan 3T (testing, tracing, treatment) diusahakan oleh Pemprov DKI.

Dan yang terakhir kebijakan PSBB yang kembali diambil menjadi sebuah kebijakan yang logis dan masuk akal yang bisa dilakukan saat ini.

Sebuah Refleksi

Pekerjaan rumah kita sekarang adalah bagaimana kita bisa mencetak orang-orang yang bisa memahami pesan ini dengan baik. Tak sekadar memahami tetapi orang-orang tersebut juga harus mampu menjadi agen perubahan dengan membawa pesan ini kepada masyarakat luas.

Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk menaikkan kelas intelektualitas di dalam masyarakat.

Faktanya, banyak masyarakat yang memiliki keterampilan ilmu, pemikiran dan kemampuan menyampaikan pesan dengan baik. Yang penting sekarang adalah bagaimana kita menemukan dan mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki dengan menyediakan lingkungan yang sesuai. Tanpa ada lingkungan yang sesuai seorang jenius pun tidak akan mampu menggunakan kejeniusannya.

Inilah cara terbaik menaikkan kelas intelektualitas masyarakat. Mampukah kita melakukannya? Jika ada tekad dan kemauan pastinya bisa. Yang penting kita tidak skeptis akan hal ini.

Alhasil, penanganan covid-19 ini adalah tanggung jawab kita bersama. Kita harus menentukan dengan baik bagaimana cara dan gaya penyampaian pesan akan pentingnya masalah ini kepada masyarakat. Intinya, pesan yang akan disampaikan seharusnya bisa membuat hati dipenuhi dengan kebahagian bukan justru menambah beban di dalam kehidupan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun