Ulama Muhammad Fethullah Gulen dalam sebuah kesempatan pernah berkata, "Dalam hal ini, seperti halnya isi pesan yang akan disampaikan sangatlah penting, bagaimana cara penyampaian, suara dan nafas pesan tersebut juga sama pentingnya."
Ya, perlu ada pesan yang diberikan kepada masyarakat. Pesan akan pentingnya permasalahan yang kita hadapi. Perlu keseriusan, kecermatan dan kita tidak boleh lengah lagi. Saat ini kesehatan dan keselamatan harus lebih diutamakan dan diprioritaskan.
Cara penyampaian pesan kepada masyarakat juga sama pentingnya dengan isi pesan yang ingin disampaikan.
Di artikel saya kemarin, sedikit saya mengulas bagaimana gaya Pak Anies dalam menyampaikan pesan terkait covid-19. Penyampaianya begitu komprehensif sehingga mempermudah masyarakat untuk memahami pentingnya pesan yang ingin disampaikan.
[Baca juga: Saya Setuju Pak Anies Tarik Rem Darurat]
Ya, keindahan gaya penyampaian sesuatu memang begitu penting. Gaya penyampaian harus di sesuaikan dengan zaman kita berada.
Di era dimana ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi dijunjung tinggi seperti sekarang ini diperlukan langkah-langkah yang sesuai untuk bisa menyampaikan pesan dengan baik.
Masih mengutip perkataan ulama Muhammad Fethullah Gulen, "Kita harus segera menyampaikan makna yang muncul di benak kita melalui tahapan imajinasi (tahayyul), pemikiran (tasawwur) dan penggunaan akal (taakkul) dan menuangkannya ke dalam cetakan yang paling tepat."
Ya, untuk bisa menyampaikan pesan dengan baik dan sesuai dengan zaman diperlukan tahapan-tahapan tersebut.
Membuat gambaran komprehensif akan pesan yang akan disampaikan dengan cara mengaktifkan imajinasi, pemikiran dan akal/logika.
Kita bisa melihat ketiga proses tersebut dalam kebijakan "tarik rem darurat" yang diambil pemprov Jakarta. Imajinasi diaktifkan dengan adanya prediksi bahwa kapasitas daya tampung maksimum rumah sakit akan terpenuhi dalam waktu dekat.