Teman tersebut mencoba meyakinkan Anda bahwa tempat itu sepi, tidak ada orang yang datang ke sana. Jadi akan aman dari bahaya corona.
Jika Anda menolaknya, apakah Anda termasuk orang yang overthinking atau anda orang yang berpikir kritis (critical thinking)?
Bagi saya jawabannya akan menjadi sangat relatif. Jika Anda menolaknya dengan alasan hanya berdasarkan argumen bahwa pandemi ini hanya menimpa fisik Anda, bisa jadi Anda overthinking. Karena tidak ada alasan menolak ajakan teman Anda tersebut.
Tetapi jika Anda merestrukturisasi kognitif/pemahaman Anda bahwa pandemi juga berhubungan dengan psikologis Anda, maka sebenarnya Anda sudah berpikir kritis (critical thinking).Â
Sejatinya bepergian di masa pandemi, walaupun terlihat aman secara fisik tetapi bisa mengganggu psikis kita yang akan membuat kita berpikir bahwa bepergian keluar rumah aman. Sekali kita pergi, kita akan ketagihan. Yang terjadi adalah malah kita akan semakin mengendorkan kewaspadaan kita. Ini yang berbahaya.
Alhasil, tidak ada yang menolak bahwa corona memang benar-benar ada. Saya sangat setuju dengan perkataan kanselir Jerman Angela Merkel menanggapi aksi demonstrasi rakyatnya, katanya, "Kita harus hidup dengan virus ini untuk waktu yang lama. Ini masih serius. Silakan terus menanganinya dengan serius." Tentang kesehatan, kita tidak bisa bermain-main dengannya, perlu keseriusan.Â
Perbedaan antara overthinking dan critical thinking memang sangat sulit dipahami pada kondisi saat ini. Keduanya seakan dipisahkan oleh sebuah benang tipis pemikiran. Bagaimana kita berpikir itulah yang akan membedakan.Â
[Baca juga: Rocky Lupa Grammar Mengkritik]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H