Tak bisa dipungkiri di zaman serba online seperti sekarang ini, internet menjadi sebuah kebutuhan dasar manusia.Â
Hari ini saya memutuskan memasang internet di rumah saya. Work From Home (WFH) memaksa saya melakukan ini. Menggunakan jaringan seluler terasa tidak efisien dan ekonomis lagi.
Ketika bekerja dari kantor, kita dengan sangat mudah mengakses internet dengan infrastruktur yang disediakan perusahaan. Dengan jaringan yang kuat kita bisa melakukan apapun dengan nyaman dan yang pastinya tidak perlu merogoh kocek lagi.
Sifat Warak
Mengenai hal ini seorang teman bertanya. Apakah boleh menggunakan internet kantor untuk kepentingan pribadi?Â
Mungkin sebagian kita terenyuh dengan pertanyaan teman saya ini. Pernahkah kita memikirkannya?
Bagi sebagian orang, hal ini memang benar-benar dipikirkan dan hal ini bisa sangat mengganggu kehidupan mereka.
Di satu sisi, ini adalah interpretasi  dari sifat kehati-hatian mereka. Di sisi lain, mungkin ini adalah sebuah interpretasi dari ketakutan yang berlebihan.Â
Dilematis memang. Kata berlebihan mungkin bisa bermakna paradoksal, tergantung bagaimana kita memandangnya.
Dalam agama sifat ini disebut warak. Warak adalah salah satu sifat terpuji.Â
Dalam bukunya yang berjudul Tasawuf, Ustad Muhammmad Fathullah Gulen mendefinisikan warak sebagai menghindari segala hal yang tidak pantas, tidak sesuai, dan tidak perlu, serta berhati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan dan dilarang.
Mari kita pahami definisi tersebut dengan lebih mendalam. Sebenarnya ada dua inti definisi warak di atas. Kedua inti tersebut diwakili oleh dua kata kerja, menghindari dan berhati-hati.
Sebagai contoh, makan, tidur dan bicara adalah sesuatu yang boleh kita lakukan. Banyak makan, banyak tidur dan banyak bicara perlu kita hindari.
Orang yang bersifat warak akan menghindarinya dengan sungguh-sungguh. Inilah inti pertama definisi warak, menghindari segala hal yang tidak pantas, tidak sesuai, dan tidak perlu.
Yang kedua adalah berhati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan dan dilarang. Sesuatu yang haram pastinya dilarang untuk dilakukan, tetapi bagaimana dengan yang diharamkan?
Pemahaman saya, sesuatu yang haram berbeda dengan yang diharamkan. Sesuatu yang haram sudah jelas tertera di hukum fiqih, sedangkan yang diharamkan ini yang terkadang bisa membingungkan.Â
Sesuatu yang halal bisa saja diharamkan. Mungkin karena kondisi dan keadaan yang menyebabkannya diharamkan. Maka perlu kehati-hatian dalam hal ini.
Pertanyaan mengenai penggunaan internet kantor untuk kepentingan pribadi mungkin bisa terwakili dengan definisi ini. Menggunakan internet untuk kepentingan pribadi adalah sah-sah saja, tetapi dengan menggunakan infrastruktur kantor bisa saja menjadi diharamkan.
Mencari Solusi
Lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Rasanya sulit untuk bisa menghindar dari masalah ini.Â
Ada yang mengatakan bahwa yang diharamkan itu bisa saja dihalalkan asal ada kesepakatan bersama. Karena sebenarnya sesuatu yang diharamkan itu tidak haram, keadaan yang membuatnya haram.
Secara praktis hal ini sangat mudah untuk dilakukan. Caranya, seluruh pegawai kantor harus duduk bersama melakukan kesepakatan yang disetujui bersama bahwa hal itu boleh dilakukan.Â
Rasanya jika seluruh pegawai, dari yang paling bawah sampai dengan pimpinan duduk bersama pasti semua akan setuju jika internet kantor bisa saja digunakan untuk kepentingan pribadi asal digunakan sewajarnya dan sesuai dengan proporsinya.
Maksudnya, dengan adanya kesepakatan ini bukan berarti setiap pegawai dengan seenaknya bisa menggunakan internet untuk kebutuhan pribadinya, tetap saja perlu ada kehati-hatian. Inilah inti dari sifat warak.
Kehati-hatian memerlukan prioritas. Kita harus bisa memprioritaskan apa yang kita lakukan.Â
Di dalam jam kerja, sudah seharusnya kita memprioritaskan penggunaan internet kantor untuk pekerjaan. Di luar jam kerja atau di waktu istirahat kita bisa melakukan hal yang lain, tetapi dengan catatan tidak berlebihan dan mengutamakan kehati-hatian.
Saya meninjau hal ini hanya dari pendapat yang disampaikan oleh seorang yang bukan ahli fiqih, tetapi ini terdengar sangat solutif dan bijak.
Hal ini adalah hal yang sangat sensitif dan krusial. Ada baiknya kita lebih hati-hati memahami hal ini. Mungkin orang-orang yang berwenang dan kompeten diharapkan bisa memberikan pencerahan, meskipun sepertinya tidak banyak orang yang memperhatikan hal ini.
Yang aman adalah kita harus bisa membedakan mana yang kepentingan pribadi, mana yang bukan. Kepentingan pribadi memang tidak seharusnya bercampur dengan kepentingan pekerjaan. Kita harus bisa sedapat mungkin memisahkannya.Â
Sulit memang, tetapi akan membuat hidup kita tenang dan mungkin akan lebih berkah.
Pada akhirnya, pemahaman tentang warak ini bermuara pada diri kita sendiri. Kitalah yang seharusnya bisa merenungi dan melihat ke dalam diri kita sendiri. Kita sendiri yang harus menentukan mana yang baik dan benar, yang seharusnya kita lakukan.
Alhasil, internet kantor mengajarkan kita akan pentingnya sifat warak, terlepas kita mampu melakukanya atau tidak. Pelajaran yang penting untuk kita pahami dan amalkan.Â
Kehati-hatian dalam bertindak, bekerja keras, disiplin, teratur dan mengetahui prioritas adalah beberapa hal yang bisa kita ambil dari sifat ini.
Inilah indahnya beragama, selalu ada hal-hal menarik yang bisa kita ambil hikmahnya. Semoga kita bisa lebih berhati-hati lagi dalam menjalankan kehidupan, terutama kehidupan beragama kita. Amiin.
[Baca juga: Giring Nidji Giring Bola PSI]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H