Yang terakhir ini, yang membuat negara kita ikut merasakan dampaknya. Dalam sejarah tercatat, bagaimana Jepang menerapkan paham chauvinismenya di negara kita. Bahkan ada yang mengatakan bahwa penjajahan yang dilakukan Jepang walaupun dalam waktu yang sangat singkat bersifat lebih kejam daripada penjajahan Belanda yang berlangsung sekitar tiga setengah abad lamanya. Mungkin chauvinisme itulah sebabnya.
Gotong Royong Sebagai Nasionalisme PositifÂ
Nah, lalu bagaimana kita bisa memahami nasionalisme secara positif? Nasionalisme positif adalah nasionalisme yang disandarkan pada rasa saling tolong-menolong, bantu-membantu dan bahu-membahu dalam kebersamaan sebuah negara. Intinya adalah gotong royong dalam bernegara.
Gotong royong adalah sebuah istilah yang murni berakar dari budaya kita. Baru-baru ini istilah gotong royong ramai dibicarakan setelah muncul Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).Â
Pada RUU HIP, gotong royong disebut sebagai ekasila yang merupakan hasil kristalisasi ciri pokok pancasila. Ciri pokok pancasila yang berupa trisila, yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan.
Jadi, gotong royong, nasionalisme dan pancasila menjadi satu kesatuan. Inilah nasionalisme yang perlu kita kedepankan. Jika mau dianalogikan, nilai-nilai nasionalisme positif ini ibarat uang yang ada di dalam brankas. Brankas itulah chauvinisme, isinya adalah nasionalisme. Mana yang lebih berharga, uang atau brankasnya?Â
Globalisasi Gotong Royong di Masa Pandemi
Pandemi yang menghantam dunia mau tak mau banyak merubah tatanan dunia. Globalisasi yang berjalan dengan baik selama ini harus terdampak. Deglobalisasi mulai terasa dimana-mana.
Masyarakat dunia mulai berpikir keadaan negaranya sendiri. Banyak yang mulai menurunkan ekspor barang dan komoditi. Alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Bayangan resesi ekonomi membuat pemerintah beberapa negara merubah kebijakan ekonominya. Menyelamatkan rakyatnya sendiri lebih diutamakan. Jika ini terus berlanjut, ancaman deglobalisasi menjadi sebuah keniscayaan.Â
Inilah saatnya kita sebagai bangsa berkesempatan untuk mengedepankan nilai-nilai yang murni berakar dari budaya kita. Inilah saatnya kita menglobalkan nilai gotong royong.