Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasionalisme, Chauvinisme, dan Globalisasi Gotong Royong di Masa Pandemi

10 Agustus 2020   10:53 Diperbarui: 10 Agustus 2020   10:54 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gotong Royong.(KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ)

Yang terakhir ini, yang membuat negara kita ikut merasakan dampaknya. Dalam sejarah tercatat, bagaimana Jepang menerapkan paham chauvinismenya di negara kita. Bahkan ada yang mengatakan bahwa penjajahan yang dilakukan Jepang walaupun dalam waktu yang sangat singkat bersifat lebih kejam daripada penjajahan Belanda yang berlangsung sekitar tiga setengah abad lamanya. Mungkin chauvinisme itulah sebabnya.

Gotong Royong Sebagai Nasionalisme Positif 

Nah, lalu bagaimana kita bisa memahami nasionalisme secara positif? Nasionalisme positif adalah nasionalisme yang disandarkan pada rasa saling tolong-menolong, bantu-membantu dan bahu-membahu dalam kebersamaan sebuah negara. Intinya adalah gotong royong dalam bernegara.

Gotong royong adalah sebuah istilah yang murni berakar dari budaya kita. Baru-baru ini istilah gotong royong ramai dibicarakan setelah muncul Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). 

Pada RUU HIP, gotong royong disebut sebagai ekasila yang merupakan hasil kristalisasi ciri pokok pancasila. Ciri pokok pancasila yang berupa trisila, yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan.

Jadi, gotong royong, nasionalisme dan pancasila menjadi satu kesatuan. Inilah nasionalisme yang perlu kita kedepankan. Jika mau dianalogikan, nilai-nilai nasionalisme positif ini ibarat uang yang ada di dalam brankas. Brankas itulah chauvinisme, isinya adalah nasionalisme. Mana yang lebih berharga, uang atau brankasnya? 

Globalisasi Gotong Royong di Masa Pandemi

Pandemi yang menghantam dunia mau tak mau banyak merubah tatanan dunia. Globalisasi yang berjalan dengan baik selama ini harus terdampak. Deglobalisasi mulai terasa dimana-mana.

Masyarakat dunia mulai berpikir keadaan negaranya sendiri. Banyak yang mulai menurunkan ekspor barang dan komoditi. Alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Bayangan resesi ekonomi membuat pemerintah beberapa negara merubah kebijakan ekonominya. Menyelamatkan rakyatnya sendiri lebih diutamakan. Jika ini terus berlanjut, ancaman deglobalisasi menjadi sebuah keniscayaan. 

Inilah saatnya kita sebagai bangsa berkesempatan untuk mengedepankan nilai-nilai yang murni berakar dari budaya kita. Inilah saatnya kita menglobalkan nilai gotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun