"Silaturahmi, seni bersosialisasi dengan manusia", itu isi status WA temanku beberapa hari lalu.Â
Manusia dan seni memang dua hal yang tak bisa dipisahkan. Manusia butuh seni, seni dilakukan manusia. Keduanya saling melengkapi.
Dilihat dari tulisannya, temanku ini mencoba mendefinisikan silaturahmi dengan cara yang berbeda dari yang biasanya kita ketahui. Yang membedakan adalah ada unsur seni dan bersosialisasi yang dimasukkan di dalamnya.
Di masa pandemi ini, jiwa-jiwa seniman memang sangat dibutuhkan. Yakni, jiwa-jiwa kreatif dan produktif dalam mencari alternatif jalan terbaik untuk bisa tetap merajut tali silaturahmi, tanpa mengurangi kesakralannya.
Proses Bersilaturahmi
Sebenarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata silaturahmi itu sendiri berarti tali persahabatan atau persaudaraan. Jika merujuk dari definisi itu, silaturahmi termasuk ke dalam kata benda. Tali disini bisa dimaknai sebagai alat yang digunakan sebagai penghubung atau pengikat.
Jika kita sandingkan dua definisi silaturahmi diatas, satu definisi dari status teman saya dan satu definisi dari KBBI, maka kita akan melihat bahwa ada perbedaan mendasar yang bisa kita pahami. Definisi yang pertama, lebih mengedepankan silaturahmi sebagai sebuah kata kerja yang memerlukan sebuah proses. Sedangkan yang kedua, lebih mengartikan silaturahmi sebagai sebuah nomina yang dihasilkan dari sebuah pekerjaan.
Lalu mana yang benar? Menurut hemat saya, kedua-duanya saling melengkapi. Proses dan hasil berkorelasi satu dengan yang lain. Kita berproses untuk sebuah hasil dan hasil yang baik datang dari sebuah proses yang baik pula.
Dalam hal ini, berdasarkan definisinya, silaturahmi adalah sebuah proses dan juga hasil. Proses bersosialisasi untuk menghubungkan sebuah tali persaudaraan dan persahabatan. Hasilnya adalah persaudaraan dan persahabatan yang kuat.
Hal ini sejalan dengan definisi silaturahmi dalam Bahasa Arab. Silah artinya menyambung, dan rahim artinya kekerabatan. Intinya proses menyambung kekerabatan yang menghasilkan hubungan yang baik.