Di masa PPDB ini, sekolah favorit akan dicari masyarakat. Label "sekolah favorit" memang tidak ada ukuran pastinya. Ini didapat dari penilaian masyarakat.Â
Sekolah negeri maupun swasta bisa mendapatkan label ini. Beruntung bagi sekolah swasta yang mendapatkan label ini. Ini menunjukkan kualitas pendidikan yang diberikan, diakui masyarakat. Masyarakat akan berbondong-bondong mendaftar ke sekolah ini, walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar.
Realitas berbeda terlihat bagi sekolah negeri yang mendapat label ini. Masa PPDB adalah masa-masa yang paling sulit bagi kepala sekolah di sekolah-sekolah yang dilabeli "sekolah favorit".Â
Ada saja orangtua yang mencoba meminta bantuan dari kepala sekolah untuk memasukkan anaknya. Belum lagi tekanan yang diberikan oleh orang-orang "khayangan" yang terkadang sulit untuk ditolak. Ini masih menjadi momok bagi dunia pendidikan Indonesia.
Memang benar pernyataan temanku di atas bahwa sekolah tidak mesti harus di sekolah favorit.Â
Yang harus diutamakan adalah kenyamanan siswanya dalam belajar. Jika siswa tidak nyaman, walaupun masuk ke sekolah favorit, maka dia akan tertekan.Â
Alih-alih mengharapkan prestasi yang terbaik, justru orang tua menjerumuskan anaknya sendiri.
Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah-sekolah yang punya label favorit tersebut memang memiliki kualitas yang berbeda. Kualitas sudah menjadi budaya yang mengakar di sekolah.Â
Biasanya siswa yang masuk ke sekolah ini akan terbentuk kualitas dirinya karena mengikuti budaya sekolah yang memang sudah baik dari awalnya.
Tujuan pemerintah untuk memeratakan pendidikan memang mengharuskan ditiadakannya label sekolah favorit. Inilah mengapa peraturan zonasi ini ada. Tetapi ini tidak mudah untuk dicapai.Â