Mohon tunggu...
Mahira Revida Yunizar
Mahira Revida Yunizar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Hobi saya mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Komunikasi Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga Single Mother di Pedesaan

5 Mei 2023   16:09 Diperbarui: 5 Mei 2023   16:28 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: detakust.com

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh narasumber memberikan jawaban bahwa komunikasi yang dilakukan dengan hati-hati yang disertai dengan memberikan pengertian atau pemahaman terhadap anak akan keputusan perceraian mampu meminimalisir munculnya respon negatif dari sang anak. 

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Brand et al. (2017) yang menjelaskan bahwa selama proses perceraian, anak cenderung akan menuntut penjelasan yang mendasari keputusan orang tua dalam bercerai sebab apabila tidak dijelaskan anak akan terus mengalami kebingungan. Tidak hanya itu, anak juga akan cenderung meminta agar pendapatnya dipertimbangkan selama proses perceraian.

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dan kunci untuk menjaga keharmonisan hubungan antara sang anak dan ibu. Untuk mengisi ketidakhadiran sosok ayah bagi anak narasumber umumnya melakukan waktu untuk keluarga (family time) yang dihabiskan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah dengan berjalan-jalan bersama. 

Salah satu narasumber menjelaskan bahwa meski sebelum bercerai sang anak sudah terbiasa tidak mendapat perhatian dari ayahnya, narasumber tetap berusaha untuk memberikan perhatiannya pada anak agar anaknya tetap bahagia.

Walaupun tidak terlalu mempengaruhi komunikasi antara responden dan anak, status baru sebagai single mother tentu membawa kesulitan baru tersendiri, salah satunya adalah terkait masalah ekonomi. 

Wanita yang berperan sebagai single mother mau tidak mau harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan tetap membagi waktunya antara bekerja dan mengurus anak.  Tidak hanya itu, seringkali kewajiban untuk mengurus anak membatasi akses single mother dalam mencari pekerjaan. Oleh karena itu, tidak heran apabila banyak single mother yang menitipkan anaknya kepada kerabatnya agar tetap dapat bekerja mencari nafkah.

Seorang single mother juga kerap mengalami kesulitan dalam berbagi keluh kesah yang dirasakan. Akibatnya, single mother rentan mengalami gangguan mental akibat stres atau tekanan berkepanjangan yang dialami. Tekanan yang dialami oleh seorang single mother dapat disebabkan oleh berbagai hal. 

Stres saat bekerja dan mengurus anak, perasaan bersalah akibat tidak mampu menghadirkan keluarga sempurna dalam masa perkembangan anak, dan tekanan sosial yang memandang single mother dalam pandangan negatif merupakan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kesehatan mental seorang single mother (Li 2020).

Perempuan single mother dituntut untuk bisa hidup mandiri dan melanjutkan kehidupannya tanpa seorang suami. Dalam kasus perceraian meskipun mantan suami masih memberikan uang nafkah untuk anak-anaknya, tapi ia tidak lagi memberikan uang dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. 

Terlebih apabila mantan suami memilih untuk menikah lagi dan akan membiayai kehidupannya dengan istri barunya. Para single mother dituntut agar pandai dalam membagi waktunya dalam keluarga untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dan harus berusaha mencukupi semua kebutuhan keluarga dan anak-anaknya (Utami dan Hanani 2018).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun