Perceraian merupakan salah satu faktor penyebab single mother di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA), dalam kurun waktu 2010 ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia.Â
Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir (Fahrianthi dan Faradina 2012). Hal ini menunjukkan bahwa perceraian atau kematian merupakan salah satu faktor utama dalam suatu keluarga yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan di dalam keluarga. Seperti perubahan peran serta beban tugas yang harus ditanggung untuk mengasuh anak (Rahman 2014).
Konsep keluarga terbentuk dari hubungan misalnya, pernikahan, darah, adopsi. Adanya hubungan-hubungan tersebutlah yang kemudian memunculkan adanya proses komunikasi dalam suatu keluarga.Â
Komunikasi menghubungkan antara individu dengan individu lainnya dalam keluarga. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau perilaku seseorang. Â
Komunikasi keluarga yaitu dimana di dalam komunikasi tersebut terdapat unsur mendidik anak, pembentukan sikap anak dan juga pembentukan perilaku anak, karena berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Pola komunikasi single mother adalah salah satu gambaran dari proses komunikasi yang terorganisir melalui kata-kata atau sikap. Pola komunikasi single mother harus memiliki cara yang tepat untuk membentuk karakter anak.
Kesejahteraan keluarga merujuk pada kemampuan sebuah keluarga dalam memenuhi aspek-aspek standar ketercukupan kebutuhan hidup anggota keluarganya terutama pada tiga aspek yakni sandang-pangan, pendidikan dan spiritual.Â
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran atau diukur hanya dengan kecukupan materi saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketenteraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketenteraman hidup.
Dalam keluarga single mother ada beberapa permasalahan yang akan berkembang berkaitan dengan kesejahteraan seperti mengalami penurunan pendapatan, mendapatkan tambahan peran sebagai orang tua, mendapatkan sikap dan support yang negatif dari masyarakat, serta seringkali seorang single mother mengalami perubahan dalam hubungan dengan anak-anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara, respon yang merupakan single mother berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dengan rentang usia 29 hingga 53 tahun. Terdapat dua alasan narasumber menjadi single mother, yaitu karena suami yang meninggal dan perceraian yang dialami oleh narasumber. Â
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Stephen dan Udisi (2016) yang menyatakan bahwa penyebab seorang wanita menjadi single mother di Nigeria adalah karena kematian suami, perpisahan dengan pasangan (perceraian), ditinggalkan oleh pasangan, dan kehamilan yang tidak diinginkan dengan penyebab terbesar dari single mother adalah perceraian. penelitian Amato dan Anthony (2014) yang menyatakan bahwa respon anak terhadap kematian maupun perceraian orang tuanya beragam, sebagian besar perubahan struktur keluarga yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap sang anak.Â
Namun disisi lain, pada beberapa kasus menunjukkan bahwa perubahan struktur keluarga membawa lebih dampak negatif pada anak, terutama anak broken home akibat perceraian orang tua yang dapat diketahui dari penurunan prestasi pendidikan dan penghargaan diri (self esteem) pada anak tersebut. Perubahan tersebut banyak terjadi akibat cara pengasuhan yang salah dan banyaknya konflik antara orang tua terutama sebelum proses perceraian terjadi.