Atau Haliyah, PRT asal Madura yang bekerja hampir 16 tahun dengan seorang majikan Melayu asal negeri Kelantan. Haliyah pernah menamatkan kontrak dengan majikannya dan berniat pulang selamanya ke Madura. Namun Anak majikannya yang diasuhnya sejak kecil, menyusul ke Madura dan meminta sambil menangis Haliyah kembali lagi ke Malaysia. Setiap hari raya Qurban, Majikannya mengirimkan uang ke Madura untuk dibelikan sapi dan di kurbankan di sana.
Itulah beberapa kisah dan hubungan baik yang dijalin dan dijalani antara pihak majikan dan pembantu rumah. Namun tidak semuanya kisah pembantu rumah di Malaysia berjalan seperti di atas. Beberapa hari yang lalu pihak Imigrasi Malaysia telah menyelamatkan seorang Warganegara Indonesia yang terkurung dan terkorban dalam sindiket pemerdagangan manusia.
Semoga beberapa sebab di atas yang menyebabkan  pembantu rumah melarikan dari majikan menjadi dasar bagi kita agar tida cepat menyalahkan pihak majikan atau pembantu rumah sendiri. Sudah saatnya pemerintah Indonesia maupun Malaysia membuat sistem dan mekanisme baru dalam pengiriman dan pengambilan tenaga kerja sektor Pembantu rumah.
Agar tidak ada yang dirugikan atau penyesalan di belakangnya, Tidak ada salahnya pemerintah Indonesia meniru sistem dan mekanisme Filipina dalam mengontrol dan mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri. Agar para pekerja kita yang katanya pahlawan devisa itu merasa terbela dan tidak diabaikan.
Salam dari Kuala Lumpur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H