Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ilmu Parenting: Solusi Dampak Sosial Pengiriman TKI Ke Luar Negeri

2 Desember 2014   00:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:18 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_379767" align="aligncenter" width="619" caption="TKI (Kompas.com)"][/caption]

Pemimpin politik dan militer Perancis abad-18, Napoleon Bonaparte mengatakan "Tangan kanan seorang perempuan mengayunkan buaian, Namun tangan kirinya mampu menggoncangkan dunia". Pepatah itu memberikan banyak penafsiran yang pada dasarnya adalah masa depan suatu bangsa dapat dicorakkan dan ditentukan oleh seorang wanita yang berada dalam struktur unit/intitusi  terkecil dalam sebuah negara yaitu keluarga.

Seorang wanita yang bergelar seorang ibu pastinya paling banyak mempunyai waktu bersama keluarga. Untuk itu seorang ibu haruslah mempunyai  ilmu yang mencukupi dalam mendidik anak sesuai dengan zamannya. Karena cara-cara mendidik anak senantiasa berubah dan bergerak mengikuti perkembangan zaman.

14174284221261129274
14174284221261129274

Tidak mungkin disamakan cara mengasuh, membimbing  dan mendidik anak pada zaman kita dulu dengan zaman sekarang, tantangan dan halangan pastinya berbeda. Apabila pada zaman kecil kita dulu, pegangan dan alat permainnanya adalah kelereng dan karet. Namun anak-anak sekarang alat permainnnanya semuanya berada dalam genggaman tangannnya , yang hanya tinggal sentuh dan pencet saja.

Ilmu -ilmu Parenting atau tentang ilmu cara mengasuh, membimbing dan mendidik anak tersebut tidak diajarkan dalam kurikulum persekolahan. Namun bisa didapatkan dari pengalaman seseorang atau kajian yang telah dilakukan oleh para pakar tentang ilmu tersebut didalamnya

Pentingnya Ilmu Parenting Bagi Seorang TKI

Keberadaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) masih dilihat dari faktor segi ekonomi saja oleh pemerintah. TKI masih diagung-agungkan sebagai pahlawan sumber devisa negara, yang mana hasil keringatnya yang dikirimkan ke Indonesia (Remitansi) mampu mencorakkan ekonomi di peringkat dasar pada negara.

Dan pengiriman TKI ke luar negeri masih dijadikan sebuah solusi oleh pemerintah, dalam ketidak-mampuannya menyediakan lapangan kerja yang memadai bagi rakyatnya. Namun dampak sosial yang ditimbulkan oleh hal tersebut  masih belum terfikirkan secara nyata oleh pemerintah.

Pemerintah hanya memfokuskan kepada sisi TKI itu sendiri, baik mulai dari pemberian keterampilan praTKI, penempatan hingga perlindungan selama berada di negara tujuan. Pernahkan pemerintah memikirkan dan membicarakan tentang dampak sosial pengiriman TKI dan kesannya kepada keluarga dan anak TKI tersebut selama ditinggalkan di kampung ?

Bagaimana perkembangan keluarga dan anak-anak yang ditinggalkan minimal selama 2 tahun untuk bekerja ke luar negeri sebagai TKI ?
Tidak sedikit keluarga mereka berakhir dengan perceraian dan tidak sedikit anak-anak mereka menjadi korban dan berantakan perkembangannya. Dan yang paling banyak mendapat kesan dari dampak sosial ini adalah anak-anak TKI itu sendiri.

Menurut Hermono, Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Sebagian besar Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia adalah sudah mempunyai keluarga baik di Malaysia ataupun di Indonesia dan 70% didalamnya adalah perempuan.

1417428827810639975
1417428827810639975

Maka dari itu, diperlukan pemberian pelatihan dan pendidikan kepada para TKI itu sendiri dalam menanggulangi atau setidaknya meminimalisir kesan dari dampak sosial yang ditimbulkan oleh pengiriman TKI ke luar negeri tersebut. Salah satunya adalah memberikan dan menekankan pentingnya ilmu parenting kepada TKI itu sendiri.

Seperti mana yang telah dilakukan oleh MS- Cerdas baru-baru ini, yaitu memberikan pendidikan dan seminar tentang ilmu parenting kepada para TKI di beberapa titik yang menjadi tumpuan TKI di Malaysia.

MS Cerdas yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari MS Cargo, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman barang/paket door to door ke Indonesia. Telah melakukan road show memperkenalkan ilmu parenting kepada para TKI dalam 2 hari berturut-turut.

Mulai dari shelter TKI di KBRI Kuala Lumpur, bekerjasama dengan komunitas-komunitas WNI di Malaysia seperti Fatayat NU Cabang Istimewa Malaysia dan IKMA (Ikatan Keluarga Madura) hingga asrama-asrama pekerja pabrik/kilang di Senawang , Negeri Sembilan.

MS Cerdas mendatangkan pakar ilmu parenting, yaitu Dra. Mahyi Dinilyas seorang Trainer dari Yayasan Kita dan Buah Hati Jakarta dalam road show tersebut. Aneka tema keparentingan dipresentasikan berdasarkan latar belakang dan tahap pendidikan para TKI itu sendiri . Mulai dari 'Persiapan Pra Nikah", "Cara Memilih pasangan yang Baik" hingga "Tantangan Mendidik Anak Di Era Digital."

Berdasarkan reaksi dan interaksi antara pembicara/trainer dan para TKI, pendidikan Ilmu Parenting mendapat sambutan aktif. Terbukti dari banyaknya tanya jawab, mulai dari seputar hubungan pranikah hingga tantangan dan permasalahan membesarkan anak yang ditinggalkan di kampung masing-masing.

Seharusnya program baik seperti ini, mendapat dukungan penuh pemerintah dan kalau perlu dijadikan program unggulan/nasional untuk kedepannya nanti. Dan tidak hanya dalam bentuk seminar belaka, Namun bisa dijadikan mata pelajaran wajib dalam kurikulum persekolahan di Indonesia.

Saya tetap berkeyakinan untuk mencapai negara yang kuat dan bermartabat, tidak ada cara instant untuk merealisasikan. Pemerintah dan seluruh elemen bangsa harus bersatu dari sekarang untuk mempersiapkan para generasi dan anak-anak yang sehat dan cerdas baik fisik dan emosi. Dan tumpuan yang utama adalah memperkasakan institusi terkecil negara yaitu keluarga.

Salam dari Kuala Lumpur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun