Mohon tunggu...
Mahfudhah Icha
Mahfudhah Icha Mohon Tunggu... Dokter - Tulisan yang berbasis pengetahuan dan pengalaman pribadi.

Seorang dokter yang mekanisme pertahanan dirinya adalah literasi dan retorika.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stigma Sesama Dokter = Pasangan Ideal?

19 Desember 2019   13:25 Diperbarui: 19 Desember 2019   13:38 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

2. Ekonomi

Ini biasanya masalah utama bagi para dokter perempuan dalam mencari pasangan hidup, yang rata-rata akhirnya pilihan jatuh pada dokter juga. Biar imbang. Dan yang berani melamar memang cuma dokter juga.

Biasanya minder nya para laki-laki ya disini ini. Apalagi anak kedokteran banyak dikenal sebagai anak-anak dari kalangan menengah ke atas. Tak sedikit yang bermobil kalau ke kampus. "Apalah arti roda dua dibanding roda empat?" Begitu biasanya pikiran mereka. Minder. Dan yah memang, di kalangan anak kedokteran sendiri, agak matre ya. Hahaha. Bercanda.

Nyatanya memang, strata ekonomi masih menjadi perhatian banyak kalangan, terutama para orang tua. Saya pribadi kalau soal ini, hanya bisa jawab, "Saya melihat potensi yang dimilikinya." Hahahahaha.

Intinya, rezeki itu dijemput. Tidak harus berprofesi dokter, kalau kita mau berusaha, insyaallah rezeki itu ada. Tidak usah dipusingkan. Tapi lebih baik kalau kita sudah punya prospek kehidupan kita ke depan. Laki-laki yang baik tentu paham atas tanggung-jawabnya baik ekonomi, psikis, moral, pendidikan, dan banyak lagi terhadap istri dan anaknya. Jadi, kalau hari ini masih prihatin, tunggulah kelak. Dampingi ia. Disisi laki-laki yang berhasil selalu ada perempuan hebat yang mendampinginya. Makanya cari laki-laki yang berpotensi untuk dikembangkan, supaya lebih besar peluang berhasilnya. Hahahaha.

3. Pendidikan

Anak kedokteran itu banyak yang mau sekolah lagi di pendidikan spesialis. Sementara, pendidikan spesialis itu pendidikan yang lebih sibuk lagi dari pendidikan kedokteran umum. Lebih kompleks. Butuh pengertian ekstra dari seorang pasangan non-dokter. Tidak jarang ini memicu timpangnya strata pendidikan. Para anak kedokteran untuk sementara ini banyak membayangkan mereka bisa ambil sekolah spesialis bersama dengan pasangannya.

Bagi saya sendiri, prinsipnya kalau bisa sama-sama mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, kenapa tidak ? Kamu sekolah, dia sekolah. Bukankah jodoh itu sekufu ? Saya yakin itu. Insyaallah pemikiran kita dengannya tak akan berbeda jauh. Kalau kamu memiliki pemikiran untuk lanjut sekolah dan mimpi-mimpi lainnya, insyaallah jodohmu pun seorang pribadi dengan pemikiran yang sejenis. Tidak harus dibidang ilmu yang sama (baca : kedokteran), setiap profesi memiliki jenjang pendidikan dan pengembangan kompetensi yang mampu meningkatkan kualitas wawasan dan profesionalisme seseorang.

Melanjutkan pendidikan bukan untuk persaingan gelar dan strata sosial, tapi karena ilmu adalah ciri orang beriman. Tuntutlah ilmu. Hiduplah dengan ilmu. Ilmu lah yang mengangkat derajat kita, karena dengan ilmu kita mampu menjadi bermanfaat. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Tiga dulu ya. Setidaknya itu sudah bisa mewakili isu tentang 'jodoh' dalam dunianya para dokter. Sebenarnya kita hanya perlu membuka sudut pandang kita dalam melihat peran kita kelak jika hidup berdampingan. Namanya membina keluarga, ya membina kehidupan. Dan kehidupan tak bisa dilihat hanya dari satu bidang nya saja. 

"Kalau calon saya bukan dokter, saya bakal di jodohkan dengan yang dokter, mbak. Atau yang setara menurut orang tua saya. Mama saya bilang, mama lebih tau mana yang terbaik buat kamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun