Suatu ketika, saya mengisi kelas menulis. Di sana, saya menyampaikan satu mindset bahwa, penulis itu seperti guru. Bedanya, kalau guru mengajar dengan lisan, sedangkan penulis mengajar lewat tulisan.Â
Itu berarti, konsep guru dalam menasihati peserta didik pun, harus dimiliki oleh seorang penulis juga, yaitu bagaimana membuat tulisan yang di mana ada pesan di sana, tapi tidak terkesan menggurui pembaca. Kalau guru berusaha untuk tidak menggurui lawan bicaranya. Kalau penulis berusaha untuk tidak menggurui pembacanya.
So, dalam tulisan ini, saya akan coba sharing tentang bagaimana seorang penulis menyampaikan pesan melalui sebuah tulisan, tanpa menggurui pembacanya. Dalam tulisan ini, saya tidak hanya akan membahas tentang nonfiksi saja, tapi juga fiksi.Â
Jadi, bagaimana membuat tulisan yang tidak menggurui baik dari sisi fiksi maupun nonfiksi, akan saya bahas di sini berdasarkan pengalaman sendiri. Silakan disimak. Pertama, bagaimana membuat tulisan yang tidak menggurui dalam tulisan nonfiksi?
PERTAMA, gunakan kata kita.
Salah ketika kamu berkata,
"Hei, sudah salat belum? Cepat salat!"
Ini adalah kalimat atau ucapan yang salah. Harusnya,
"Hei, ayo kita sama-sama salat. Sudah azan tuh."
Perbedaan dari dua dialog itu, yang pertama terkesan menyuruh, kalau yang kedua terkesan mengajak. Sehingga, kalau kamu sedang membuat tulisan nonfiksi, entah itu artikel, tulisan motivasi, dan kawan-kawannya, coba gunakan kata "kita" ketika isi tulisannya berupa nasihat.Â