Mohon tunggu...
Mahestha Rastha A
Mahestha Rastha A Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bukber Virtual? Awas Ujub!

25 April 2021   21:06 Diperbarui: 25 April 2021   21:17 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: lifestyle.sindonews.com

Ada yang berbeda dengan Bulan Ramadhan tahun ini. Mungkin, tahun kemarin, karena kondisi covid yang masih belum bisa terkontrol dengan baik di Indonesia, banyak masyarakat yang tak pernah terpikirkan untuk bukber online. Tapi, karena sekarang kondisi covid yang sudah lebih baik dari tahun sebelumnya, terlebih vaksinasi tengah berjalan, sehingga sudah banyak masyarakat yang pemikirannya ke arah online, online, dan online.

Begitu pun masalah bukber virtual yang mungkin sudah banyak yang melaksanakannya. Alasannya, ingin tetap ada kebersamaan, ada acara buka puasa bersama, dan tetap menjaga protokol kesehatan. Tapi yang menjadi masalah, bagaimana kalau bukber virtual itu bisa menimbulkan penyakit hati.

Kalian tahu kan penyakit hati? Bukan sakit hati loh ya. Ini adalah penyakit-penyakit iman yang seharusnya tidak ada di dalam diri seorang muslim dan muslimah. Nah, salah satu penyakit hati yang ingin saya bahas adalah ujub.

Sederhananya, ujub ini artinya berbangga diri. Ia membanggakan apa yang dimilikinya. Sehingga, orang yang ujub, ujung-ujungnya pasti akan punya sifat sombong.

Kenapa saya ingin membahas penyakit hati yang satu ini? Karena memang penyakit ini kemungkinan besar akan timbul jika kita melaksanakan bukber virtual. Di sebelah mananya?

Begini, sekarang kita coba bandingkan dengan bukber offline. Kalau bukber offline, kita kan bertemu langsung, betul? Apalagi menu makanannya pasti sebagian besar sama semua. Karena kita makan di satu tempat. Jadi, rasa kebersamaannya dapat dan sifat ujub ini tidak akan muncul. Kenapa? Karena makanannya sama semua.

Tapi, kalau bukber virtual. Ada kemungkinan, sifat ujub ini akan muncul dalam diri kita. Kenapa? Karena makanannya beda-beda. Di sinilah yang nantinya akan muncul ujub. Mungkin tidak semua orang punya pemikiran seperti,

"Aduh, entar bukber virtual lagi. Makan apa ya enaknya?"

Akhirnya karena pemikiran seperti itu, ia jadi mencari makanan terbaik yang bisa dicarinya di pinggir jalan. Memang sih, tidak semua orang punya pemikiran seperti ini. Tapi, pasti ada saja orang yang sifatnya seperti ini. Alhasil, secara tidak langsung, ia ingin memamerkan apa yang dimakannya ketika bukber virtual.

Tidak semua seperti ini loh ya. Tapi pasti ada saja orang-orang yang punya pemikiran seperti ini. Sehingga, artikel ini saya maksudkan untuk mengingatkan kita semua untuk tetap menghindari hal-hal yang menimbulkan penyakit hati. Alangkah lebih baik, apa yang orang tua masak di rumah, maka hargailah apa yang sudah dimasak oleh ibumu. Apapun itu jenis makanannya.

Kalau ibu sudah masak, lalu kamu malah membeli makanan dari luar hanya karena ada acara bukber virtual, itu pun secara tidak langsung kamu sudah tidak menghargai apa yang sudah ibumu masak. Coba saja bayangkan kalau kamu berada di posisi ibumu, kamu capek-capek masak, lalu makanan kamu tidak dimakan. Bagimana rasanya? Pasti tidak enak bukan?

Nah, begitu pun dengan ibumu. Jadi, jangan terlalu menspesialkan bukber virtual. Sudahlah, apa yang ibumu masak, itulah yang kamu makan ketika bukber virtual. Jadi jangan berlebihan.

Tapi, bagusnya bukber virtual adalah kita jadi punya kesempatan lebih banyak untuk bisa tarawih di masjid. Coba saja bayangkan kalau bukber offline, bukbernya di mana, rumah kita di mana. ALhasil, ketika acara bukber sudah selesai, rumah masih jauh, akhirnya bawaannya jadi malas salat tarawih berjamaah di masjid. Betul begitu? Pasti ada saja yang pernah mengalami ini.

Nah enaknya bukber virtual, kita makannya di rumah masing-masing, jadi kalau acara bukbernya sampai jam tujuh malam pun, kita masih keburu untuk melaksanakan salat tarawih berjamaah. Indah bukan?

Yah begitulah, positif dan negatif bukber virtual. Semoga ini bisa menjadi renungan kita bersama. Maksudnya, kita harus berhati-hati terhadap apa yang kita lakukan sehari-hari. Lebih bagus menimbulkan manfaat, daripada maksiat.

Semoga bermanfaat

wallahu'alam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun