Nah, ini MINDSETÂ KETIGAÂ untuk kamu. Coba evaluasi segala penolakan yang dikasih sama penerbit. Saya seperti itu kok. Ketika ditolak tidak diam. Tapi bertanya. Kalau dibalas alhamdulillah, kalau tidak ya sudah. Sukses kalau tidak ada jatuhnya, enggak seru. Tidak ada yang bisa kita ceritakan di masa depan. Tapi kalau banyak gagalnya, itu akan menjadi cerita manis tersendiri di masa depan.
Cobain deh. Saya sih alhamdulillah sudah merasakannya. Bayangkan saja, 28 penerbit nolak, tidak mungkin tidak ada cerita hehe. Jika saya tidak pernah gagal selama terjun dalam dunia literasi, mungkin saya tidak akan seperti sekarang ini. Saya tidak mungkin menjadi pembicara, tidak mungkin dipanggil di mana-mana, tidak mungkin bisa membangun Sekolah Menulis Indonesia, membuat penerbit sendiri, karya bisa diterbitkan di Malaysia, dan sebagainya. Bahkan mungkin, saya tidak akan mungkin bisa menuliskan artikel ini dan dibaca oleh teman-teman semua.
Banyak hal-hal yang sudah terjadi sampai sekarang akibat 28 penolakan itu. Dan itu hikmah yang teramat luar biasa bagi saya. Ini MINDSETÂ TERAKHIR yang ingin saya tanamkan ke teman-teman semua. Kegagalan yang terjadi, sebenarnya itulah cikal-bakal kesuksesan kita nanti.
Percaya saja, Tuhan sedang membuatmu jatuh berkali-kali dan ingin mengujimu. Apakah masih mau bangun? Apakah masih mau bergerak? Atau memilih mundur? Semua ada di tanganmu dan keputusanmu. Cobalah syukuri, jalani, nikmati! Dan lagi pula, tidak perlu iri dengan mereka yang naskahnya tembus penerbit mayor terus.
INGATLAH! Tuhan sudah menyiapkan waktu spesial hanya untukmu di masa depan nanti bahwa, kamu pun akan punya peluang yang sama seperti mereka yang karyanya sudah tembus penerbit mayor. Mungkin bukan sekarang saatnya. Kamu hanya perlu D.U.IT (Doa Usaha Ikhtiar dan Tawakal).
Terkadang, ketika takdir menginginkan naskah kita ditolak terus-terusan, mungkin ada beberapa alasan yang Tuhan sebenarnya belum siap membiarkan naskah kamu tembus di penerbit mayor. Misalnya,
PERTAMA. Tuhan takut, kamu akan sombong. Ketika naskah tembus di penerbit mayor, kemudian bukunya ada di toko buku, akhirnya kamu congkak dan merasa kamu sudah menjadi penulis hebat.
KEDUA. Tuhan sebenarnya pencemburu. Tuhan takut, kalau Dia memberikan apa yang kamu inginkan, kamu jadi lupa untuk menyembah-Nya lagi, karena saking senangnya. Mungkin solusinya kamu harus pastikan diri kamu sendiri. Ketika sudah diberikan sebuah kenikmatan, apakah kita akan lupa dengan Tuhan kita sendiri atau tidak. Banyak mereka yang diberi banyak kenikmatan, akhirnya tak pernah bertemu Tuhannya dalam salat. Nah, itu dia. Mungkin Tuhan takut. Sekarang kamu rajin beribadah, namun ketika sudah diberikan sebuah kenikmatan yang kamu inginkan, kamu jadi lupa untuk beribadah.
KETIGA. Tuhan suka kamu belajar. Tuhan ingin kamu belajar hal lain. Mungkin kalau karyamu tembus di penerbit mayor, nantinya kamu tidak mau belajar lagi. Tapi, akhirnya Tuhan menakdirkanmu pada hal lain. Karyamu diterbitkan di penerbit indie. Pada waktu yang sama, Tuhan memberikan kamu rezeki lebih untuk ikut kelas copywriting, kelas nulis bersama penulis best seller, dan sebagainya. Hebatnya, walau karyamu belum tembus penerbit besar, kamu banyak mendapatkan ilmu baru. Karena Tuhan melimpahkan rezekimu lebih agar kamu bisa belajar lebih dalam lagi terkait dunia literasi.
BAGAIMANA? Setelah membaca tulisan di atas, apakah mindset kamu sudah berubah dan menjadi lebih positif? Kritik dan saran saya sangat terbuka di kolom komentar ya. Semoga apa yang saya sajikan dalam tulisan kali ini bisa bermanfaat buat semuanya. Aamiiiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H