Karena, melawan selera pasar
Karena, tidak sesuai dengan visi dan misi penerbit
Karena, mengandung hal berbau pornografi dan SARA
Karena, bisa menuai pro dan kontra
Karena, waktunya tidak pas
Karena, temanya akan termakan zaman
Karena, salah kirim genre
So, kalau ditolak, tinggal kirim saja ke penerbit mayor yang lain. Apa susahnya? Penerbit A menolak, belum tentu penerbit B menolak juga. Karena tingkat keketatan mereka kan juga beda-beda. INGAT! Tanamkan mindset ini betul-betul. Hidup ini relatif. Karya yang menurut kita bagus. Belum tentu menurut penerbit bagus. Dan karya yang menurut penerbit A jelek, belum tentu menurut penerbit B juga jelek.Â
So, kesuksesan itu relatif. Apakah ada yang  benar-benar menjamin kesuksesan di dunia ini? Tidak ada bukan? Jadi, nikmati saja yang ada. Dan kalau ditolak, jangan langsung "Yah," kemudian lemas dan pasrah tak berdaya. Tapi coba berpikir bijak. Coba kamu balas emailnya, apa alasan mereka menolak karya kita. Itu bisa menjadi bahan evaluasi kamu. Karena beberapa penerbit banyak kok yang responsive ketika ditanya alasan ditolak.
Alasan yang mereka sampaikan, berarti itulah kekurangan naskah kita. Nah, cobalah diperbaiki dan jangan ulangi kesalahan itu. Tahu Thomas Alfa Addison? Dia melakukan percobaan lampu beratus kali dan terus gagal. Pertanyaannya, kenapa dia tidak menyerah saja? Karena mindset dia adalah semakin banyak gagalnya, maka peluang gagalnya akan semakin sedikit dan peluang berhasilnya akan semakin besar.
Mindset seperti itu juga yang harus kamu tanamkan dalam pikiran. Jadikan setiap kegagalan sebagai bahan evaluasi untuk kita. Apa yang salah dari naskah kita dan cobalah diperbaiki. Kesalahan kebanyakkan orang itu, kalau sudah gagal, salahnya tidak evaluasi diri. Akhirnya gagal terus-terusan tapi tidak pernah berkembang. Karena dia tidak pernah mengevaluasi dirinya dan karyanya.Â