KETIGA, DIGITALISASI
Kalau berpikir sekilas, memang pandemi ini menurunkan kualitas pendidikan kita. Pelajar yang tidak punya akses internet jadi tidak maksimal dalam pembelajaran.Â
Bahkan banyak berita yang menyebutkan kalau ada pelajar yang sampai naik-naik ke bukit hanya untuk mendapatkan sinyal. Ya, itu kalau kitanya berpikiran negatif. Tapi kalau kita berpikir positif ....
Sepertinya ini sudah saatnya pemerintah membuat sebuah gebrakan baru dalam dunia pendidikan tanah air. Sebuah gebrakan yang bisa menjangkau lebih jauh generasi-generasi kita agar mendapatkan hak pendidikan yang sama.Â
Saya tidak bisa memberi saran gebrakan baru yang seperti apa. Tapi, saya percaya ... orang-orang yang berada di sana memang sudah Tuhan pilih untuk memperbaiki pendidikan kita. Saya selalu berdoa.
Saya melihat, pemerintah pun berjuang dengan sebaik mungkin. Mereka membuka portal rumah belajar. Bahkan menggandeng TVRI untuk menayangkan program-program pendidikan. Sehingga, pelajar bisa mendapatkan informasi tambahan selain pembelajaran jarak jauh bersama gurunya.
Ya, bukan hanya pemerintah. Sepertinya pandemi ini menuntuk orang tua untuk bekerja lebih keras. Agar bisa memberikan anaknya gadget untuk pembelajaran online berlangsung.Â
Apalagi kuota internet yang harus selalu tersedia setiap hari agar Ananda dapat belajar maksimal. Mau tidak mau, memang semuanya harus belajar untuk melek yang namanya digitalisasi.
Begitu pun dengan guru. Walau mungkin sulit, tapi ini juga menyadarkan pendidik yang gaptek dunia teknologi untuk mencoba belajar dari awal semampu yang mereka bisa.Â
Karena seperti apa yang saya katakan di atas, pandemi ini mungkin akan panjang dan kita akan hidup berdampingan dengan virus ini. Jadi, mau tidak mau, tidak hanya guru, tapi orang tua dan peserta didik, semuanya harus melek digitalisasi dan mulai memahami dunia abad 21 ini.
KEEMPAT, WAKTU