Mohon tunggu...
Mahendra Yana
Mahendra Yana Mohon Tunggu... -

Pelajar kelas X SMA N 1 Gianyar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Esensi Pendidikan Karakter: Keras Bukan Berarti Tegas

14 Desember 2016   21:22 Diperbarui: 14 Desember 2016   21:36 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda memberikan argumentasi yang menentang pendidikan yang tegas dengan kontak fisik. Tapi bagaimana dengan metode pendidikan saat ini yang telah memberikan bukti nyata merosotnya moral generasi muda yang tidak menghormati guru?

Sebuah pertanyaan yang jawabanya adalah  solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi sekarang ini. Mau kita apakan metode pendidikan yang kendor ini?. Tidak bisa dipungkiri bahwa memang pada kenyataanya metode pendidikan Indonesia sekarang ini telah melahirkan generasi yang juga bisa dikatakan “Gagal Moral”. Namun bukan berarti kita harus melangkah mundur dan kembali kepada metode pendidikan dengan kayu dan rotan karena perlu diketahui bahwa penghapusan kekerasan dari jalur pendidikan merupakan sebuah keberhasilan yang tak ternilai harganya. Seluruh komponen pendidik harus menyadari bahwa masih ada cara lain untuk membentuk karakter seorang anak.

Jadilah contoh yang baik bagi anak

Mengharapkan karakter seorang anak yang baik adalah hal terbodoh yang pernah anda lakukan apabila anda sendiri belum memilikinya. Ciptakanlah lingkungan yang baik bagi perkembangan karakter anak. Karena perilaku orangtua adalah salah satu acuan bagi perilaku mereka.

Mengarahkan jiwa kemanusiaan seorang anak dengan dorongan keinginan luhur

Hate cannot drive out hate: only love can do that

Inilah tantangan sebenarnya bagi orang tua dan guru. Pendidikan karakter bukan hanya sekedar membuat seorang anak tunduk kepada peraturan yang anda tetapkan. Esesnsi dari Pendidikan karakter yang sebenarnya adalah tentang bagaimana cara mengendalikan, dan mengarahkan perkembangan karakter mereka menuju pribadi yang bukan hanya disiplin, tapi juga bijaksana dan berbudi luhur. Dan ya, only love can do that, saat mereka berbuat kesalahan maka jangan sentuh fisiknya, tapi sentuhlah hatinya. Buatlah anak anak malu dengan perbuatan merela dengan kasih sayang yang anda berikan. Jika ISIS bisa mengendalikan pemikiran anak anak kecil dengan mudah, kenapa orang tua dan guru tidak bisa.

Mendidik dengan kasih sayang, bukan berarti memanjakan anak anak

Mendidik anak dengan kasih sayang bukanlah hal yang mudah, karena anak anak butuh waktu untuk memahami apa yang sedang coba ditanamkan pada dirinya oleh karena itulah orang tua dan guru harus memiliki kesabaran extra. Jangan anda sama artikan dengan “Memanjakan”. Karena memanjakan lebih cenderung kearah mengabaikan kesalahan anak anak. Lain halnya dengan metode pendidikan yang saya maksud dimana anda tidak boleh mengabaikan kesalahan mereka sekecil apapun.

dan terakhir, sekali lagi saya tegaskan. Violence is the problem, not the solution

https://www.facebook.com/profile.php?id=100004866616834&fref=nf&pnref=story

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun