[caption caption="Media transaksi non tunai"][/caption]Dewasa ini, upaya demi mewujudkan sebuah revolusi sedang gencarnya dilakukan oleh lembaga lembaga perekonomian di Indonesia khususnya Bank Indonesia. Sebuah revolusi menuju era baru dimana kita tidak lagi melakukan transaksi dengan lembaran lembaran kertas atau kepingan logam seperti yang masih kita lakukan saat ini. Perubahan secara kultural yang menjanjikan kemudahan berupa efisiensi serta efektifitas baik dari segi pemanfaatan teknologi, waktu, serta tenaga. Melalui Gerakan Nasional Non Tunai yang akan melahirkan Generasi yang dikenal dengan “Cashless Society”.
Dari uraian diatas, tergambar sebuah era yang terlihat sangat “Ideal” bagi peradaban manusia. Bagaimana tidak, bisa kita lihat sendiri. Seiring dengan berjalanya waktu, aktivitas masyarakat semakin padat. Dalam situasi seperti ini, mereka membutuhkan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan cepat dan mudah. Hal ini lah yang nantinya dapat dipenuhi oleh E-Money. Namun dengan segala potensi tersebut, muncul sebuah pertanyaan.
Mungkinkah semua ini terwujud?
Pertanyaan ini memang sepatutnya dipertanyakan mengingat situasi dan kondisi yang sepintas terlihat kurang mendukung realisasi yang direncanakan sejak 2 tahun silam. Peluang terwujudnya generasi Cashless Society bisa kita analisa dari persiapan yang harusnya ada untuk mendukung Implementasi dari sistem yang masih asing dibenak masyarakat Indonesia itu sendiri. Dalam upaya mewujudkanya setidaknya ada 4 aspek yang sepatutnya menjadi konteks utama yang harus dikaji. Diantaranya adalah Memahami Kondisi Masyarakat Indonesia, Persiapan, Proses Implementasi, dan Dampak.
Memahami kondisi masyarakat indonesia.
Hal ini sangat penting, kendati suatu gerakan perubahan tidak akan bisa dilakukan dengan baik bila kita tidak bisa memahami dan mengendalikan keadaan sekarang terlebih dahulu. melihat kenyataan dimana kualitas pendidikan masih rendah, lapangan pekerjaan kurang, serta berbagai masalah sosial lain yang pada akhirnya akan menjadi penghalang bagi terwujudnya sebuah "revolusi" yang kita inginkan. Tapi kita masih boleh berharap bahwa generasi Cashless Society inilah yang akan menjadi penggerak perekonomian negara dikemudian hari
Persiapan
Dalam hal ini persiapan yang dilakukan oleh Bank Indonesia beserta dengan komponen pendukungnya terlihat sangat matang. Mulai dari Regulasi dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 yang mengatur penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran menggunakan kartu. Persiapan infrastruktur, sarana dan prasarana yang ditunjukan dengan integrasi Electronic data capture (EDC) dan penyiapan program kartu pelajar sebagai media transaksi non tunai.
Dari sisi edukasi BI membidik mahasiswa sebagai agen gerakan non tunai. Tapi sangat disayangkan, infrastruktur yang disiapkan ternyata belum mampu berjalan dengan signifikan. Kerap kali masyarakat yang antusias dengan adanya program ini harus kecewa karena ternyata mesin EDC tidak mampu beroperasi. Belum lagi pengetahuan masyarakat yang masih minim kendati edukasi yang digencarkan belum mampu menjangkau lapisan masyarakat secara keseluruhan. Bahkan dari total transaksi e-comerce 95,5% masih dengan uang tunai. Hal ini juga didukung dengan survei yang saya lakukan terhadap 50 responden.
Ternyata 37 orang diantaranya masih belum menerapkan transaksi secara non tunai, ironisnya. 8 orang diantaranya bahkan tidak mengerti istilah tunai dan non tunai dengan baik. Ini membuktikan bahwa memang faktanya persiapan yang dilakukan masih kurang. Kalaupun sudah matang masih ada kendala dalam hal Implementasi.
Proses Implementasi
.Saat kita bicara soal implementasi, maka hal ini terkait dengan mengubah kebiasaan serta paradigma masyarakat tentang E-Money. Hal yang menjadi aksentuasi disini adalah bagaimana cara meraih kepercayaan masyarakat. Bagaimana cara membuat mereka menyadari keberadaan E-Money ini sebagai solusi dari masalah mereka. Hal ini lah yang masih belum dilakukan dengan benar. Disatu sisi mereka diberi harapan dalam bentuk spanduk serta kampanye Gerakan Non Tunai, namun disisi lain saat orang orang sudah mulai antusias.
Antusiasme mereka malah dirusak dengan ketidaksiapan infrastruktur, belum lagi masih banyak minimarket yang malah mengenakan biaya tambahan untuk transaksi non tunaii. Hal ini membuat masyarakat semakin meragukan kredibilitas dari program ini. kredibilitas hanya bisa dijustifikasi dengan kinerja yang baik. Kendala kendala yang dialami dalam proses implementasi akan dianggap sebagai manifestasi dari kegagalan pihak berwenang dalam menjalankan komitmenya.
Dampak.
Uraian di awal pembahasan sudah menggambarkan dampak positif saat Cashless Society ini terwujud. Namun yang harus dicermati bukan hanya dampak positifnya. Karena demi mewujudkan sebuah sistem yang ideal kita harus mencegah dampak negatifnya bahkan sebelum sistem ini berlangsung. Disatu sisi perekonomian di Indonesia akan semakin berkembang karena perputaran uang yang semakin cepat, ditambah lagi terciptanya lingkungan yang mendukung perkembangan E-Comerce dalam negri.
Disisi lain, ada dampak negatif salah satunya adalah dampak psikologis. Sebuah perubahan kebiasaan yang diikuti dengan perubahan pola pikir pada akhirnya akan menimbulkan suatu perubahan prilaku dimana pengguna kartu E-Money akan memiliki kecenderungan berprilaku lebih konsumtif karena mereka tidak menyadari jumlah pengeluaran mereka secara langsung. ditambah lagi dengan kemudahan kemudahan serta fitur kredit dan debet semakin mempermudah kegiatan konsumsi. tanpa perencanaan keuangan yang baik, hal ini bisa menjadi masalah yang mengerikan.
setelah melihat tinjauan diatas bukan berarti disini kita menutup diri akan kemajuan teknologi serta revolusi metode pembayaran yang sekarang sedang marak dikampanyekan. pada dasarnya perbuahan menuju Cashless Society ini sendiri harus dipersiapkan dengan sangat matang. Masih banyak sistem serta komponen lain yang masih harus dibenahi. Saat kita belum mampu sepenuhnya menerapkan gerakan non tunai, bukan berarti kita tertinggal oleh negara lain. Karena akan sangat berbahaya apabila ternyata perubahan tetap dipaksakan padahal kita memang belum siap dengan perubahan.
sumber:
m.bisnis.com
m.cnnindonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H