Kesulitan terbesar dalam proses pembuatan ulang alat musik masa lalu ini adalah karena informasi yang didapat dari relief sangatlah minim. Tidak jelas bahan pembuatan, cara memainkan dan bunyi yang dulu dihasilkan dari alat musik tersebut.
Musik yang dihasilkan terdengar sangat unik di telinga dan berirama khas nusantara. Namun ternyata iramanya sangat merdu. Beberapa penonton bahkan tak sadar ikut bergoyang, termasuk Gubernur Ganjar Pranowo pada acara tersebut.
Menurut salah satu musisi yang terlibat, Dewa Budjana, ia mengatakan penampilan ini merupakan kelanjutan dari project yang dimulai lima tahun lalu.
Dewa Bujana tertarik melihat relief di Candi Borobudur yang ternyata menyimpan banyak sekali pengetahuan. Candi Borobudur seperti perpustakaan, yang semuanya ada di dalamnya termasuk juga seni.
Bersama Trie Utami, ia kemudian mencoba membuat replika alat musik yang ada di relief tersebut. Setelah terbentuk, ia berusaha untuk membunyikannya, tentu dengan cara dan metode yang ada di masa sekarang ini.
Sound of Borobudur layaknya piringan emas yang harus dirawat dan digaungkan terus menerus. Lalu membagikan keindahan musik masa lalu Indonesia tersebut hingga ke penjuru dunia.
Semoga saja ini bisa menjadi agenda rutin tahunan Borobudur. Agar semua orang tahu bahwa Borobudur Pusat Musik Dunia di masa lampau dan betapa Wonderful Indonesia.
Tangerang, Mei 2021
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H