Semangat untuk beribadah bersama bahkan sedemikian menggebunya. Hingga dulu, saat kondisi belum selesai saja, dengan beratapkan terpal, berlantai semen dan di kelilingi tiang-tiang besi yang belum rapi, Shalat berjamaah sudah dilaksanakan.
Seiring waktu dengan bantuan 'kencleng' yang dibagikan ke setiap rumah warga dan beberapa donatur, pembangunan dapat berlanjut hingga ke lantai dua.
Pandemi telah mengubah kebiasaan orang terutama anak-anak. Mereka jadi bergantung kepada gawai. Permainan 'game online' kian marak. Karena terbatasnya aktivitas yang bisa dilakukan selama pandemi.
Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Praktis gawai menjadi pusat perhatian setiap anak. Sementara pengetahuan anak tentang islam, ibadah dan Al Quran juga terhenti karena banyak tempat pengajian yang tutup.
Melihat hal ini para ustadz yang biasa berdakwah di Mushola Nurul Jannah terpanggil untuk memecahkan masalah ini. Akan ada satu generasi yang hilang dari mengenal Islam dan Al Quran jika dibiarkan terus-menerus.
Mushola Nurul Jannah melalui Ustadz Dadang mulai mengajak anak-anak di lingkungan perumahan untuk mengikuti pengajian yang diselenggarakannya.
Awalnya hanya satu dua orang yang datang namun makin lama bertambah. Tapi namanya anak-anak terkadang ada juga yang belum konsisten kehadirannya.
Kondisi ini tidak menyurutkan keinginan sang ustadz mengajak dan membangunkan semangat belajar islam anak-anak. Sedikit atau banyak yang datang bukanlah masalah.
Pendidikan aqidah melalui cerita-cerita nabi dan para sahabat ikut melengkapi. Disamping berbagai kuis dan materi keilmuan yang menambah keimanan.