Tradisi lain yang diajarkan oleh nenek adalah bagaimana mengajarkan kucing agar tidak buang hajat sembarangan. Nenek akan membawa kucing ke halaman samping rumah. Mengambil satu batang lidi untuk ditancapkan ke tanah. Lalu kucing tersebut akan diputar mengelilingi lidi tersebut sebanyak 7 kali sambil memerintahkan kucing untuk buang hajat di tempat tersebut.
Terkait doa dan permohonan ada juga cerita yang belakangan saya tahu ternyata berasal dari salah satu kitab primbon Jawa. Tentang dua kucing langka yang mempermudah kita dalam mengabulkan doa dan permohonan. Kucing pertama adalah kucing hitam yang memiliki lidah berwarna hitam dan kucing kedua adalah kucing laki-laki tapi memiliki bulu tiga warna.
Waktu kecil saya sempat berburu kedua jenis kucing tersebut tapi entah mengapa belum pernah sekalipun menemukan salah satunya. Tidak sekalipun saya melihat ada kucing laki-laki yang memiliki bulu tiga warna. Menurut nenek dulu memang kucing jenis tersebut akan langsung dibunuh oleh ibunya atau oleh kucing lain begitu terlahir.
Selain itu ada juga pantangan agar kucing tidak memakan anak ayam yang masih kecil. Nenek melarang saya untuk memasukkan kucing ke dalam kurungan ayam dari bambu. Jika dilakukan kucing akan menjadi buas dan memakan anak ayam hidup-hidup.
Kembali ke masalah Ghosting, waktu kecil saya sering kali mengalami masalah ini. Di antaranya waktu Si Garpit (pelesetan dari Garfield karena lidahku susah menyebutnya), kucing gemuk berbulu kuning itu menghilang dari rumah.
Tentu saja kami sekeluarga panik karena Garpit memang sudah dari kecil kami rawat. Saya sedih sekali kala itu. Kucing kesayangan tiba-tiba pergi tanpa pesan. (Padahal kucing kan memang tidak pandai menulis surat ya).
Tepat sebulan kemudian Garpit ternyata kembali ke rumah. Sosoknya hampir tidak bisa kami kenali. Lusuh dan bulunya kotor. Pandangannya lesu seperti lama tidak ada yang memberinya makan.
Selama beberapa hari saya mencoba mengembalikan kondisinya seperti semula. Memberinya makan dan minum agar ia sehat kembali.
Sayang. Rupanya Garpit semakin memburuk saja keadaannya. Dan akhirnya ia harus menghembuskan nafas terakhirnya dihadapanku.
Sedih sekali saat itu. Saya berfikir bagaimana perjuangan Garpit untuk menemukan kembali rumahnya. Ia mungkin sudah berjalan berkilo-kilo meter. Mencoba menerka apakah jalan yang dilaluinya itu benar menuju rumah.
Memang di lingkungan rumah saat itu banyak anak-anak kecil bahkan tetangga yang suka iseng membuang kucing yang masuk ke halaman rumahnya.