Cerita fabel ini mengisahkan tentang kehidupan seekor ayah lobster bernama Lobi dan putrinya Nuri yang merupakan seekor benur di sebuah kerajaan samudera. Beberapa kejadian yang mewarnai kehidupannya tidak berkaitan dengan peristiwa lain yang mungkin terjadi di dunia nyata. Mari simak cerita fabel berikut ini.
Sudah beberapa hari ini Nuri benur sering termenung di ruang kamarnya. Hatinya galau memikirkan sesuatu. Nuri tak enak makan dan tidur. Kepalanya seperti dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu ia temukan jawabannya.
Hal ini sebenarnya tak luput dari perhatian Ayah Lobi. Setiap akan berangkat mencari makan di tengah samudera, diam-diam ia selalu mengawasi perubahan sikap puterinya. Namun ia masih mencoba menahan diri untuk bertanya. Ia yakin suatu saat putrinya akan membuka diri dan bercerita.
Kegalauan Nuri sebenarnya bermula dari berita yang didengarnya belum lama ini. Benu dan teman-teman seumurannya kabarnya ditangkap saat sedang asyik bermain petak umpet di sela bebatuan karang samudera. Katanya mereka akan dipekerjakan ke lain wilayah untuk menambah pendapatan kerajaan. Mereka harus ikut 'kerja paksa'.
Sejak itu Nuri tak berani keluar rumah. Ia terus memikirkan teman-temannya. Ia tak habis fikir kenapa Benu bisa mendapatkan hukuman seperti itu. Apa salah mereka? Setahu Nuri harusnya benur-benur kecil sepertinya belum layak untuk dipaksa bekerja.
Nuri mencoba mengingat apa yang sudah teman-temannya lakukan. Pikirannya tertuju pada sosok Benu. Beberapa waktu lalu Benu memang pernah bercerita padanya tentang keisengan Benu dan teman-temannya. Benu mencuri rerumputan laut di wilayah istana untuk dijadikan mainan. Jangan-jangan kenakalan kecil itu yang menyebabkan mereka mendapat hukuman.
Tiba-tiba Nuri terbayangkan sesuatu. Sepertinya ia menjadi begitu was-was jika mengingatnya. Tak sabar rasanya ia ingin berjumpa dengan sang ayah. Ada sesuatu yang harus ia sampaikan. Begitu Ayah datang, aku harus langsung menemuinya, begitu pikir Nuri.
*****
"Ayah," Nuri langsung menghambur dan memeluk ayahnya yang baru saja tiba.
"Ada apa Nuri?" Ayah Lobi terkaget-kaget mendapat perlakuan tersebut. Tidak biasanya Nuri menyambut layaknya anak yang lama tak bertemu dengannya. "Kamu tidak sedang sakit kan?"
Nuri menggelengkan kepalanya. "Aku sehat-sehat saja ayah. Tapi aku ingin hanya ingin minta maaf sama Ayah" mendadak Nuri menangis di pangkuan ayahnya.
"Minta maaf untuk apa. Lalu kenapa kamu jadi menangis begini. Coba cerita, jangan buat Ayah bingung"
"Ayah ingat tidak pada kue ikan di kamar Ayah. Waktu itu Ayah pernah kebingungan karena kue itu hilang. Tapi tidak ada satupun yang mengaku mengambilnya. Kue itu sebenarnya aku yang mencuri dan memakannya" tangis Nuri semakin kencang.
"Iya. Iya. Ayah juga sebenarnya tahu akan hal itu. Ayah cuma memang sedikit kesal karena waktu itu kamu tidak jujur dan tidak mau mengakui kesalahan. Tapi Ayah juga sudah memaafkanmu, kok. Yang penting kamu sekarang sadar bahwa mencuri itu tidak baik dan sangat terhormat untuk dapat jujur dan mengakui kesalahan." Ayah mengusap-usap kepala Nuri.
"Tapi aku tidak mau di hukum ataupun dipenjara. Aku tak ingin berpisah dengan Ayah" kata Nuri di tengah isaknya.
"Lho. Siapa yang mau menghukum dan memenjara kamu?" Ayah menatap penuh tanya.
"Aku dengar Benu dan beberapa teman benur lain harus menjalani 'kerja paksa'. Padahal kan mereka masih kecil. Sebelumnya mereka juga sempat mencuri rumput laut di istana. Ini pasti hukuman untuk mereka karena mencuri kan."
"Owh itu rupanya." Ayah tersenyum. "Kerja paksa itu bukan hukuman tapi memang sudah menjadi peraturan di kerajaan samudera. Sebelumnya peraturan ini sempat di hapus. Namun dihidupkan kembali oleh Paduka Maha Menteri yang baru."
"Itu tidak adil Ayah. Mereka kan masih kecil belum layak dipekerjakan" Nuri memotong.
"Ayah tahu Nuri, itu tidak adil. Kita rakyat kecil tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa berdoa semoga keluarga kita lolos dari peraturan ini." Ayah berkata sambil memeluk Nuri.
*****
"Ayah, Ayah, coba lihat, Paduka Maha Menteri di tangkap. Katanya, ia terbukti mencuri uang kerajaan dari program kerja paksa para benur." Nuri menunjuk pada rombongan laskar kerajaan samudera yang sedang menggiring paksa Paduka Maha Menteri. Di sekitarnya banyak penghuni laut yang bersorak sorai.
"Iya Nuri, syukurlah. Semoga saja penggantinya kelak lebih baik. Katanya Baginda Raja akan meninjau ulang peraturan kerja paksa benur."
"Ayah, ternyata mencuri itu memang jahat ya. Semua yang berbohong dan tidak jujur lambat laun pasti akan ketahuan. Mereka memang patut mendapat hukuman. Tapi akankah peraturan ini bisa dihapus nanti, Ayah?"
Ayah Lobi termenung. Sejenak ia menarik nafasnya dan berkata. "Ayah tidak tahu Nuri. Lebih baik kita berdoa untuk itu. Semoga saja keadilan dan kebenaran bisa di tegakkan di kerajaan samudera ini"
Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H