Mens Sana in Corpore Sano, sebuah ungkapan dari bahasa latin yang sudah sangat sering kita dengar. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menggambarkan sebuah hubungan paling ideal dari seorang manusia tentang keseimbangan yang harusnya diwujudkan antara tubuh dan jiwa.
Ada salah satu sosok yang patut dijadikan contoh mengenai hal ini. Bagaimana mewujudkan keseimbangan di tengah berbagai permasalahan yang pasti dihadapi oleh setiap manusia. Bagaimana membuat jiwa dan pikiran tetap positif sehingga tidak mencemari kesehatan tubuh.
Pertama kali bertemu muka dengan dua tokoh kompasianer yang melegenda ini terjadi kalau tidak salah di tanggal 15 Januari 2019. Beliau adalah Bapak Tjiptadinata dan Ibu Roselina. Saat itu baru sekitar 6 bulanan saya menulis di Kompasiana. Tergolong bocah ingusan yang mungkin baru belajar melangkah.
Saya memang cukup sering membaca tulisan keduanya dan selain memberi vote juga tak jarang berkomentar di artikel yang bisa dibilang selalu menarik untuk dibaca. Yang luar biasa sebagai sosok senior Pak Tjip dan Bu Rose sering kali memberikan kunjungan balasan ke artikel yang saya tulis. Tentu ini menambah kekaguman saya kepada dua sosok ini.
Pertemuan diawali dengan undangan makan yang beliau sampaikan secara personal langsung ke kolom komentar di artikel saya. Karena kebetulan beliau akan datang berkunjung ke Indonesia. Hal sama yang juga beliau lakukan saat mengundang saya untuk memberikan artikel guna melengkapi buku beliau.
Sebagai bocah ingusan di kompasiana tentu saja saya sempat terkaget-kaget dengan sikap ramah dan rendah hati beliau mengundang saya saat itu. Hal ini juga tulus dan tidak dibuat-buat seperti terbaca dari sikap beliau menghargai juniornya saat kami bertemu muka.
Dan rupanya pertemuan itu juga dihadiri oleh banyak kompasianer senior lain. Diantaranya seperti mas Johannes Krisnomo, mbak Hennie Engglina, mbak Sisca Dewi (Rosmania Huang), mas Katedrajawen dan penulis kawakan lain di Kompasiana. Saya disambut layaknya kawan lama.
Ada banyak hal yang patut diteladani dari kedua pasangan suami isteri ini selain masalah keharmonisan keluarganya. Dari tulisan-tulisan keduanya saya dapat mengambil manfaat dan belajar banyak hal bagaimana menyikapi hidup dan sekaligus menikmati hidup.
Kesehatan di usia senja adalah utama seperti yang beliau ungkapkan di dalam tulisannya.
"Sehat itu memang bukan segala galanya dalam hidup ini, tapi bila kita kehilangan kesehatan,maka apapun yang dimiliki,tak dapat lagi dinikmati"
Selain rajin berolah raga, menjaga pola makan dan sebagai seorang master reiki tentu saja juga mempraktekkan reiki untuk menjaga kebugarannya. Ada hal lain yang membuat kesehatan keduanya lebih prima.
Sehat dan aktif sepertinya menjadi dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keaktifannya bergerak dalam berbagai kegiatan dan kunjungan sosial membantu primanya kesehatan beliau. Sebaliknya kepeduliannya menjaga kesehatan baik dengan menjaga pola makan dan olah raga juga membantunya untuk dapat terus aktif bergerak.
Yang rasanya juga sangat penting. Sikap dan pikiran positif beliau yang ditampilkan dalam kerendahan hati dan inspirasi hidup dalam menyikapi segala permasalahan berat dalam kehidupan yang dijalaninya dengan gigih dan sabar menjadi salah satu senjata sakti bagi kesehatan beliau.
Seperti ungkapan menawan beliau :
"My destiny is in my hands and your destiny is in your hands" Nasib ada ditangan kita masing masing ,sedangkan takdir ada ditangan Tuhan.
Banyak orang yang terpuruk lalu jatuh sakit akibat tak mampu mentalnya menjalani ujian kehidupan. Dan banyak pula yang menderita sakit karena pikirannya yang selalu negatif baik pada diri sendiri, orang lain maupun Tuhannya. Ada pula yang kurang menjaga pola makan dan olah raga sehingga vitalitas tubuhnya melemah.
Pak Tjip dan Bu Rose adalah teladan yang tepat. Mampu menyeimbangkan antara hati, pikiran dan tubuh. Inilah sepertinya yang menjadi rahasia kesehatan beliau menjalani usia tuanya. Bersabar dalam menyikapi hidup dan tak pernah lupa untuk menikmati hidup ini. Inilah kunci rahasia untuk dapat tetap aktif dan sehat di usia senja.
Pada kesempatan berbahagia ini izinkan saya untuk mengucapkan kepada Pak Tjip dan Bu Rose :
"Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-56 yang tepat jatuh di tanggal 2 Januari 2021, Semoga selalu diberi kesuksesan, kesehatan & kebahagiaan"
Ada satu lagi yang terlewat, salah satu puisi yang pernah saya posting di kompasiana tepat setelah pertemuan saya dengan Pak Tjip dan Bu Rose di acara makan bersama kita
Puisi | Relung Sahabat
16 Januari 2019
Kemarin waktu tlah pertemukanku dengan gunung-gunung tinggi
Puncaknya menjulang menggapai awan angkasa
Namun tak angkuh kala kaki ini coba mendaki
Tuk melihat indahnya nuansa berbagi
Kemarin perahu membawaku melihat luasnya samudera
Membiru oleh dalamnya yang sulit ku terka
Ombaknya tak tenggelamkan
Melarut dalam lautan ilmu kehidupan
Kemarin semesta hadirkan warna warni
Dari kemilaunya langit oleh pelangi
Tersatukan oleh rasa
Tak peduli beda yang kerap retakkan suasana
Kemarin meruar aroma sedap kedamaian
Dalam pilar-pilar persahabatan
Tak terkotak-kotakkan
Oleh sekat pencabik perasaan
Kemarin tak lagi ada kata aku, hanya kita
Dalam bingkai persahabatan kompasiana
Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H