Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Salah, Menjadi Murid dan Guru Demi Anak?

27 November 2020   11:47 Diperbarui: 27 November 2020   11:51 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: childmind.org


Apa yang anda rasakan selama hampir sembilan bulan ini di rumah saja? Nyaman karena bisa seharian berkumpul dengan anak-anak, atau malah mulai bosan dan jengkel karena harus sibuk membantu pekerjaan rumah anak.

Merebaknya pandemi di seluruh dunia telah mempengaruhi hampir semua sektor kehidupan manusia. Tidak hanya kesehatan dan perekonomian saja tapi sektor pendidikan juga turut kena imbasnya.

Pemberlakuan lockdown ataupun pembatasan interaksi membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah dihentikan. Sementara proses transfer ilmu harus tetap dilakukan demi tidak terputusnya satu generasi yang dapat mengakibatkan kebodohan massal.

Lembaga amal Save the Children sempat mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pandemi Covid-19 di dunia telah menyebabkan "darurat pendidikan". Ada 9,7 juta anak terkena dampak dari penutupan sekolah berisiko putus sekolah secara permanen.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, satu generasi anak-anak di seluruh dunia terganggu pendidikannya," kata lembaga itu dalam sebuah laporan baru bertajuk Save our Education, seperti dikutip kantor berita AFP.

Di Indonesia sendiri sudah beberapa bulan ini diberlakukan kebijakan untuk murid belajar di rumah. Hal ini tentu menghadirkan banyak sekali masalah baik bagi anak, orang tua maupun guru.

Untuk anak yang sudah terbiasa belajar melalui tatap muka di sekolah maka akan sulit membangkitkan semangat belajarnya. Apalagi banyak sekali godaannya di rumah mulai dari gawai, televisi hingga ajakan bermain temannya.

Untuk orang tua membuat anak fokus belajar dan mendampingi anak belajar juga terasa berat. Apalagi materi pelajaran yang mungkin juga tidak dikuasai oleh orang tua.

Sementara bagi seorang guru hal ini tentu juga menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana mengadopsi teknologi yang ada untuk menyampaikan pelajaran. Bagaimana menghadirkan seorang guru bagi seorang murid secara virtual agar pelajaran tetap dapat diserap dengan baik.

Dari penglihatan saya selama ini baik melalui kegiatan belajar kedua anak saya maupun informasi beberapa teman yang berprofesi sebagai guru. Memang belum semua sekolah atau guru mampu beradaptasi dengan situasi pandemi ini. 

Ada beberapa guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar hanya sebatas memberi tugas. Baik tugas membaca materi yang ada dibuku maupun tugas latihan atau PR yang kemudian diserahkan melalui foto Whatsapp tanpa memberikan penjelasan mengenai materi yang diajarkan.

Namun tidak bisa dipungkiri, banyak juga guru yang kreatif memanfaatkan fasilitas yang ada. Membuat latihan soal dan video materi pelajaran di google class room serta menyajikan soal-soal ulangan melalui google form ataupun aplikasi yang lainnya.

Ada juga beberapa guru terutama untuk kelas playgroup maupun TK yang melakukan kunjungan ke rumah siswa ataupun memanfaatkan aplikasi Zoom. Untuk sekedar menjalin komunikasi, menerangkan pelajaran dan bermain bersama.

Lalu apakah sudah efektif sistem pengajaran yang dilakukan. Saya bisa katakan belum. Karena memang atmosfer belajar di rumah itu sangat berbeda. Selain karakter mengajar seorang guru yang tegas tentu juga berbeda dengan karakter seorang ibu yang cenderung permisif. Lalu siapa yang bisa dipersalahkan dalam kasus ini orang tua ataukah guru? Apakah tidak ada solusi untuk menangani hal ini?

Belajar Menjadi Murid

Tanggung jawab mendidik anak yang paling utama adalah berada di tangan orang tua. Terutama seorang ibu yang menjadi sekolah pertama bagi anak di rumah. Walaupun kita tidak bisa menampik peranan guru di sekolah adalah sangat luar biasa dalam mencerdaskan anak bangsa.

Yang diperlukan sekarang ini adalah kerja sama yang baik antara orang tua dan guru untuk memperbaiki diri dan meningkatkan keterampilannya agar pelajaran lebih mudah diterima oleh anak.

Sifat anak adalah meniru orang tuanya. Untuk itu seorang ibu yang biasanya lebih sering berada di rumah harus memberi contoh yang baik. Yang pertama harus dilakukan ibu harus menjadwal ulang semua pekerjaan rumah tangga. Istri saya biasanya menggeser waktunya beberapa jam baik dimajukan atau dimundurkan agar aktivitas belajar anak tidak berbenturan dengan kegiatan memasak, mencuci dan sebagainya.

Berikutnya ibu dapat mulai duduk bersama anak dan menyimak tugas ataupun pelajaran yang diberikan guru. Disini seorang ibu sudah mengajarkan satu karakter baik yaitu fokus pada satu pekerjaan. Jadi anak juga bisa fokus memusatkan perhatian saat belajar.

Jika guru memberi tugas membaca materi yang ada di buku. Harus dipastikan anak membaca materi tersebut. Jika materi dalam bentuk video juga demikian. Jangan lupa dengan ibu menonton videonya juga, anak akan tertarik dan meniru aktivitas itu juga. Sekaligus orang tua juga bisa mengingat-ingat kembali pelajaran yang dulu pernah didapat.

Belajar Menjadi Guru

Dari aktivitas menyimak materi pelajaran yang baik maka akan membuat anak dapat mengerjakan soal-soal latihan dengan baik juga. Ingat biarkan anak mencoba mengerjakan sendiri lebih dahulu. Jika materinya ada yang kurang atau tidak ada di pelajaran yang sebelumnya bisa dibantu mencari melalui mesin pencari google.

Sesekali ibu bisa memberikan bantuan agar anak bisa menyelesaikan tugasnya. Biarkan otak anak bekerja lebih dahulu sehingga ada pengetahuan yang tertinggal di benaknya. Hal ini akan membantu meningkatkan kecerdasan dan membuat anak tidak malas.

Dengan orang tua mengajarkan untuk berusaha keras dulu untuk memperoleh hasil maka akan terbawa pada karakternya kelak setelah dewasa.

Terkadang tutorial pelajaran yang disampaikan guru melalui video sebenarnya sudah sangat baik. Tapi memang daya tangkap setiap anak berbeda. Ada yang sekali melihat langsung mengerti ada juga yang perlu penjelasan lebih lanjut.

Sulitnya di masa pandemi ini, guru tidak bisa memastikan semua pelajaran dapat dimengerti oleh muridnya. Jika orang tua bersikap masa bodoh maka akan sia-sia sebaik apapun guru tersebut mengajar. Padahal yang rugi adalah anak kita sendiri juga.

Tidak semua orang tua bisa menyampaikan pelajaran sebaik guru. Inilah pentingnya orang tua ikut menyimak pelajaran yang diberikan oleh guru karena tentunya daya tangkap orang tua terutama ibu tentu lebih baik dari pada anak. Dan tentunya dengan menjadi lidah kedua dalam menyampaikannya, pelajaran akan lebih mudah dimengerti. 

Seorang ayah juga dapat membantu untuk menjelaskan agar lebih menguatkan di sela aktivitas kerjanya.
Anak saya sendiri sering kali menghubungi saat saya sedang bekerja untuk menanyakan beberapa pelajaran. Terkadang kami juga membahas bersama saat malam. Biasanya sih khusus untuk mata pelajaran bahasa inggris dan matematika.

Rasanya saat ini bukan hanya anak (murid) dan guru yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman setelah pandemi ini. Orang tua terutama seorang ibu juga harus mulai berperan aktif terhadap pendidikan anak sendiri.


Kalau untuk keberhasilan dan kesuksesan di masa depannya kelak. Apa salah, orang tua menjadi murid dan guru demi anak?


Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna

Sumber : 1

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun