Dua rumah kami yang semula kosong juga sudah berpenghuni. Satu rumah ditempati sementara oleh kakak kandung ayah dan keluarganya yang saat itu kebetulan belum memiliki rumah. Satu rumah lagi ditempati keluarga jauh ayah yang sedang mencari kerja di Jakarta. Lumayanlah jadi ada yang merawat rumah.
Rumah kami sering didatangi baik tetangga, kenalan ataupun saudara yang membutuhkan uluran tangan. Semuanya dibantu walaupun terkadang mereka lupa ataupun tak mampu mengembalikan pinjaman yang telah diberikan.
Aku saat itu sempat bertanya kepada ibu. Kira-kira apakah mereka akan ingat pada saat kita dalam kesulitan dan mau balik membantu. Jawaban ibu sangat menyentuh hatiku sehingga teringat hingga saat ini.
"Nak, kita tidak usah berharap orang yang telah kita tolong akan membantu kita nanti. Karena Allah akan kirim orang-orang lain yang lebih banyak untuk membantu kita kelak saat kita kesusahan."
Prinsip ini kelak yang menyelamatkan di saat kami berada di masa-masa sulit
Tegar Saat Terpuruk
Suatu hari seorang kenalan ayah datang dan bercerita bahwa ia membutuhkan beberapa barang untuk memenuhi kebutuhan suatu perusahaan. Karena ingin membantu, ayah kemudian mengenalkan orang tersebut dengan sejumlah pengusaha.
Disinilah awal bencana itu datang. Pembayaran yang semula lancar kepada para pengusaha lambat laun mulai seret. Hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kenalan ayah juga mulai sulit dihubungi sampai akhirnya menghilang bagai ditelan bumi. Padahal barang dari para pengusaha yang sudah masuk mungkin nilainya sudah sangat besar sekali.
Ayah yang berperan mengenalkan kepada para pengusaha ikut kena imbasnya. Mereka menganggap ayah ikut terlibat. Orang-orang suruhan para pengusaha mulai banyak yang datang ke kantor dari yang baik-baik hingga mengganggu lingkungan pekerjaan.
Sampai akhirnya ayah dikeluarkan dari tempatnya bekerja. Padahal ayah sudah coba menjelaskan bahwa ia hanya berperan mengenalkan saja dan tidak mendapatkan keuntungan apapun darinya. Ia juga tidak tahu keberadaan orang tersebut.
Dari preman hingga oknum aparat mulai datang ke rumah saat ayah tak di rumah untuk mengintimidasi. Ibu tetap tegar menghadapinya. Seorang oknum tentara yang semula datang dengan beringas mendadak berubah menjadi hormat. Setelah tahu ibu adalah mantan tentara dan menyebutkan beberapa temannya yang masih aktif dinas dengan pangkat yang lumayan tinggi.