Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Repotnya Jika Anda Pergi Tanpa Pamit pada Keluarga

12 November 2020   16:11 Diperbarui: 12 November 2020   16:21 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah memutuskan untuk pergi ke suatu tempat sekedar mengunjungi teman, membeli barang ataupun keperluan lain tapi tidak memberi tahu pasangan atau keluarga Anda? Mungkin saat itu ada masalah yang sempat terjadi dengan pasangan atau memang kebetulan lupa saja menginformasikannya. Jika pernah, mulai sekarang berhati-hatilah kalau tidak mau mengalami kejadian seperti cerita saya berikut ini.

Beberapa hari sebelumnya sepulang kerja selepas magrib saya sudah tiba di rumah. Seperti biasa saya selalu menjalankan kebiasan wajib selama pandemi ini sebelum masuk rumah. Setelah semprot-semprot sejenak desinfektan ke pakaian dan mencuci tangan dengan sabun di depan pintu, baru saya bisa merasa aman bertemu dengan keluarga.

Seusai mandi, pas sekali adzan berkumandang menandakan waktu Shalat Isya telah masuk. Sayapun berangkat ke mushola yang letaknya tidak jauh dari rumah. Pak Alif, nama sengaja saya samarkan, tetangga dekat rumah menghampiri untuk bersama berangkat shalat berjamaah.

Selesai shalat saya pulang terlebih dahulu tidak bersama Pak Alif berhubung perut sudah lapar karena tadi tidak sempat makan terlebih dahulu. Saya masih sempat melihat dia sedang menunaikan shalat sunnah ba'diyah.

Saat itu saya lihat waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Sinetron favorit keluarga "Ikatan Cinta" di RCTI sudah mulai tayang menceritakan tentang kisah cinta Al dan Andin yang mengharu biru. Keluarga kami memang sudah menjadikannya tayangan wajib sejak episode awalnya tayang.

Tetiba kami mendengar pintu pagar depan rumah di ketuk orang dan terdengar seseorang memanggil. Terlihat Bu Alif di sana dengan wajah sedikit panik. Isteriku segera menghampirinya.

"Ada apa Bu?" Tanya isteriku.

"Maaf ganggu Bu. Tadi bapaknya lihat Mas Alif nggak ya?"

Saya yang mendengar percakapan keduanya langsung keluar. "Tadi ada Bu. Shalat di mushola tapi kebetulan saya pulang duluan. Dia masih shalat sunnah tadi. Mungkin masih di sana kali ngobrol sama bapak-bapak," ujarku.

Bu Alif kemudian bergegas ke mushola. Saya berinisiatif untuk mengikutinya. Sesampainya di sana ternyata mushola kosong lampu ruangan sudah dimatikan pertanda sudah tidak ada orang di dalamnya.

Bu Alif terlihat semakin bingung. Saya mencoba menenangkan dan mulai mengetuk pintu rumah para tetangga yang ada di sekitar mushola. Mungkin ada salah satu dari mereka yang melihat pak Alif. Tapi sayang hasilnya nihil. Tak ada satupun informasi yang didapat mengenai pak Alif.

"Ibu sudah coba telpon Pak Alif belum?" Tanya saya.

"Itu dia Pak. Mas Alif memang tidak pernah membawa hp kalau shalat. Tadi saya sudah coba telpon ternyata hp nya ada di rumah"

"Maaf Bu. Nggak lagi berantem khan? Takutnya dia pergi karena lagi ada masalah." Kata saya menyelidik.

"Ya. Nggak lah Pak. Nggak ada masalah apa-apa kok," Bu Alif coba meyakinkan.

Saya jadi membayangkan yang tidak-tidak. Saat ini memang sedang banyak tindak kejahatan di malam hari. Belum lama ada berita di televisi tentang orang hilang yang ditemukan setelah beberapa hari dalam kondisi telah meninggal. Dari hasil penyelidikan pihak berwajib diketahui bahwa orang tersebut adalah korban pembunuhan begal.

Tetiba Bu Alif setengah berlari menuju kamar mandi mushola. Refleks saya mengikuti dari belakang. Saya teringat Pak Alif memang punya penyakit jantung. Saya yakin Bu Alif berfikiran sama. Jangan-jangan suaminya terkena serangan jantung saat di kamar mandi. Karena memang banyak kejadian orang yang meninggal saat jatuh di kamar mandi.

Terlihat pandangan kecewa dari raut wajahnya saat melihat kamar mandi ternyata dalam kondisi kosong. Saya mengajak Bu Alif untuk menuju pos satpam. Siapa tahu mungkin ada petugas jaga yang melihatnya. Karena gerbang masuk perumahan kami memang saat ini hanya dari satu pintu di dekat pos. Semenjak akses keluar masuk menuju perkampungan yang ditutup permanen selama pandemi ini.

Ternyata tak ada satupun satpam penjaga yang melihatnya. Bersama beberapa warga yang belum tidur saya berkeliling menyusuri jalan-jalan sekitar mencoba menemukan jejaknya. Sampai larut malam akhirnya pencarian dihentikan. Bu Alif juga sudah saya sarankan untuk pulang menunggu kabar dari kami

Saya dan beberapa warga berembug. Jika sampai malam ini belum ketemu juga besok pagi maka kami akan berkoordinasi dengan melibatkan petugas babinsa dan binmas untuk pencariannya.

Seorang warga kemudian berinisiatif membuat pengumuman kehilangan di group whatsapp bapak-bapak RW kami. Siapa tahu ada salah satu warga yang sempat bertemu atau tahu keberadaannya.

Pukul setengah dua belas malam saya memutuskan untuk pulang. Karena hari sudah menjelang tengah malam dan besok pagi juga saya harus bekerja.

Saya masih terjaga dipembaringan sambil meluruskan kaki. Ketika sebuah nada pesan berbunyi pertanda ada pesan masuk di hp saya. Saya membuka whatsapp dan membaca beberapa pesan yang masuk. Salah satunya dari group whatsapp RW.

Saya segera membangunkan isteri yang baru saja mau terlelap untuk menghubungi Bu Alif. Saya sodorkan pesan yang masuk untuk ia baca. "Alhamdulillah," ujarnya.

Seorang warga ternyata membaca pesan group yang dikirim. Dia bersama seorang warga yang lain ternyata sedang bersama Pak Alif. Mereka sedang bersantai menikmati kopi di sebuah cafe yang baru dibuka milik warga tersebut. Tanpa sadar bahwa keluarga dan warga di rumahnya sedang heboh karena Pak Alif pergi tanpa pamit. Untungnya Pak Alif akhirnya ditemukan dalam keadaan baik-baik saja.

Memang banyak kemungkinan yang bisa terjadi jika kita menghilang tanpa pamit terlebih dahulu kepada pihak keluarga. Orang rumah akan kesulitan untuk mengecek keberadaan kita. Sehingga membuat heboh seisi kampung. Bisa saja kita menjadi korban pembunuhan atau kecelakaan padahal kita hanya sedang bersantai menyantap hidangan malam.

Apapun alasannya pastikan untuk mengabarkan keberadaan kita jika ingin bepergian. Lebih baik lagi selalu membawa alat komunikasi. Untuk para lelaki kalau memang kita sedang tidak ingin diketahui keberadaanya oleh pasangan kita, misalnya karena ingin berkencan dengan gadis cantik dari kampung sebelah. Agar tidak ada yang khawatir, jangan lupa membawa raket bulu tangkis atau alat pancing sebagai alasan yang masuk akal untuk pasangan kita. 

Di ingat-ingat ya pesan saya ini. Hehehe.


Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun