Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Kau Menua, Siapa yang Akan Merawat dan Mengantarmu di Kala Sakit?

4 November 2020   14:56 Diperbarui: 5 November 2020   20:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita muda yang saya tahu kemudian bernama Dinda menerangkan semuanya. Rupanya ia menggantikan posisi ayahnya untuk mengantri. Jika nomer urutnya sudah dekat baru ia menghubungi ayahnya untuk datang ke rumah sakit diantar oleh salah satu keluarganya.

Termenung saya mendengarnya. Dinda begitu perhatian terhadap ayahnya. Rela menyempatkan diri mendampingi ayahnya untuk berobat di sela aktifitas hariannya. Kesulitan yang dihadapi para orang tua di usia senja adalah ketika ia sakit. Baik berada di rumah maupun jika harus berobat ke rumah sakit.

Seorang wanita tua masuk dengan kursi rodanya di dorong oleh seorang laki-laki berambut keperakan yang kuduga adalah suaminya. Langkahnya setengah tertatih namun mencoba untuk tetap terlihat mantap. Ia berdiri sejenak di depan pintu ruang dokter untuk melihat nomer urut pasien sebelum akhirnya mencari kursi kosong untuk duduk. Saya tak melihat ada orang lain yang mengantar keduanya.

Saya jadi teringat dengan ibu. Tahun ini memang menjadi tahun yang menyedihkan bagi kami sekeluarga. Di bulan April kemarin ibu telah pergi untuk selama-lamanya meninggalkan kami anak-anaknya setelah cukup lama menderita sakit pada tulang belakangnya.

Beberapa tahun belakangan memang saya dan adik-adik harus merawat ibu yang sakit. Beberapa kali kami bergantian mengantar ibu jika harus kontrol ke dokter untuk menjalani fisioterapi. Dan sempat juga bergantian menunggu ibu saat harus menginap beberapa hari di rumah sakit. Mungkin hanya kakak saya yang tidak bisa hadir karena tempat tinggalnya yang sangat jauh dari rumah ibu. Ibu saya tinggal bersama adik perempuan saya.

Jika hari libur kerja, saya selalu menyempatkan diri bersama keluarga mengunjungi ibu. Terkadang untuk sekedar berbincang dan bertukar fikiran dengannya untuk menemani selama sakitnya. Ada kebahagiaan tersendiri juga bagi saya selaku anak jika dapat merawat dan mengantar ibu selama pengobatan di sisa-sisa umurnya. Walaupun memang kami akhirnya harus rela saat Allah memanggilnya untuk berpulang selama-lamanya.

Andai bisa memutar ulang waktu. Rasanya ingin lebih banyak lagi bisa meluangkan waktu bersama ibu.

Selang sebulan kemudian di bulan Mei giliran ayah mertua saya yang tinggal di Wonogiri mengalami sakit kritis. Beliau memang sudah beberapa tahun mengalami sakit parah. Sehari-harinya hanya dapat berbaring di tempat tidur ditemani oleh ibu mertua saya.

Akhir tahun kemarin istri saya sempat pulang kampung sendirian menggunakan bus antar kota.  Karena ayah mertua sakitnya cukup mengkhawatirkan. Anak-anak kebetulan juga masih masuk sekolah sehingga saya berbagi tugas dan bertukar peran dengan isteri untuk menjaga rumah dan mengurus anak. Saat itu isteri saya masih berkesempatan merawat orang tuanya. Menyuapkan makanan dan minuman bahkan membasuh tubuh sang ayah yang memang sudah tidak bisa melakukan apa-apa.

Kondisi ayah memang kadang kambuh dan kadang kala membaik namun menurut dokter memang sudah tidak mungkin seratus persen pulih. Saat isteri saya meninggalkan kampung, ayah sudah lumayan membaik perdarahannya setiap kali buang air besar sudah berhenti.

Hampir persis sebulan setelah ibu meninggal ternyata ayah mertua saya setelah kritis selama beberapa hari akhirnya harus juga menghadap Sang Illahi. Di akhir bulan Mei kembali kesedihan itu datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun