Jika tadi kami bisa satu pemikiran mengenai Mbak Mia ternyata untuk soal anak tidak demikian. Kami cenderung mengunggulkan putri kami masing-masing terlepas dari adanya keunggulan lain yang mungkin tidak dimiliki oleh putri kami.
Mungkin ini lebih pada persepsi masing-masing orang yang berbeda. Kalau soal anak perempuan saya sepertinya pepatah rumput tetangga itu berlaku sebaliknya. Saya dan mungkin juga Pak Budi mengganggap rumput sendiri lebih hijau dari rumput tetangga. Secantik atau sepintar apapun orang lain, saya menganggap putri saya adalah yang terbaik. Saya tidak tahu apakah pembaca lain juga sepemikiran dengan saya.
Sepertinya hubungan khusus antara seorang ayah dengan putrinya memang demikian luar biasa. Â Sulit diungkap dengan kata-kata tapi hal ini nyata.
Karena waktu sudah malam saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Sampai di depan pagar rumah tiba-tiba seseorang menyapa.
"Baru pulang Pak?" Tanya seorang wanita yang membawa sebuah bungkusan plastik. Sepertinya ia baru dari warung berbelanja.
"Eh Mbak Mia. Ia ini baru dari pos jaga. Sudah malam jadinya mengantuk" ujar saya sambil tak lepas mata ini memandang tubuh aduhainya berlalu.
Sementara saya baru sadar bahwa rumput saya sendiri. Eh, maksudnya isteri saya sendiri sedang memandang dengan mata cemburu di muka pintu rumah.
Tangerang, Oktober 2020
Mahendra Paripurna