Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumput Tetangga Lebih Hijau dari Rumput Sendiri, Apa Iya?

26 Oktober 2020   20:59 Diperbarui: 27 Oktober 2020   03:45 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Budi mulai curhat mengenai isterinya yang sering membandingkan dirinya dengan Pak Karyo, salah satu orang kaya di lingkungan kami. Dia adalah seorang pejabat di sebuah kantor pemerintahan. 

Rumahnya megah dan memiliki sebuah mobil mewah. Isteri Pak Karyo sering memamerkan tumpukan  uang di rumahnya jika isteri tetanggaku itu berkunjung ke rumahnya. Entah dari mana ia memperoleh uang sebanyak itu. Tapi jelas akan membuat iri orang lain yang melihatnya.

Mendengar hal itu saya jadi teringat dengan obrolan Pak Tukiman kemarin pagi. Jadilah kami bertukar cerita. Entah dari mana mulainya. Mendadak obrolan kami jadi berubah fokus membahas tentang Mbak Mia.

Pak Budi mulai berbicara dengan penuh antusias. Dia menyatakan kekagumannya pada sosok Mbak Mia yang tidak seperti isterinya. Bagaimana seksinya tubuh Mbak Mia yang seperti 'Gitar Banyol'. Eh. 'Gitar Spanyol' maksudnya. Penilaian yang kalau saya bilang lebih kepada fisik semata namun tak bisa juga saya pungkiri kebenarannya.

Memang kalau saya bilang penampilan fisik Mbak Mia cukup sempurna dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Belum lagi kalau melihat ia bergoyang saat bernyanyi di panggung tujuh belasan tahun lalu. Suaranya yang merdu mendesah membuat orang ingin ikut bergoyang. Jika saat itu tidak ada Pak Tukiman mungkin sudah banyak yang naik panggung untuk 'nyawer'.

Saya jadi berfikir sepertinya pepatah yang mengatakan bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita sendiri ada benarnya. Karena kita sering kali melihat sesuatu yang dimiliki oleh orang lain lebih baik dari kita. T

erlepas dari benar atau salahnya penilaian tersebut. Hal ini sepertinya menjadi salah satu bukti bahwa sesuatu yang belum kita miliki selalu terlihat baik karena kita belum tahu benar kelebihan dan kekurangannya. Dan sebaliknya kita terkadang sulit melihat kelebihan dari apa yang kita sudah miliki karena terlalu fokus dengan kekurangannya sehingga kita kurang bersyukur  pada apa yang sudah kita miliki.

Lalu apa iya semua yang kita lihat pada orang lain selalu terlihat lebih hijau?

Pak Budi tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Ia menanyakan mengenai perihal putri saya Aisha. Bagaimana kegiatan belajarnya selama libur pandemi ini. Saya mulai bercerita tentang Aisha. 

Betapa ia tetap rajin belajar walaupun dilakukan secara daring. Semua tugas yang diberikan gurunya dapat diselesaikan tepat waktu tidak seperti teman-temannya yang lain. Saya sedikit menyindir Ira, putri Pak Budi, teman sekelas Aisha yang sering tidak mengumpulkan tugasnya. Kukatakan Aisha selalu masuk peringkat lima besar di sekolahnya.

Pak Budi sepertinya paham maksud saya. Dia malah membela putrinya dan malah menyalahkan gurunya karena terlalu banyak memberikan tugas rumah. Ia kemudian mengunggulkan prestasi anaknya yang baru menang pada pertandingan taekwondo yang diadakan secara virtual di tingkat Asia. Pak Budi kemudian balik menyindir dengan mengatakan prestasi di sekolah tidak penting yang penting bisa lulus tak perlu nilai bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun