Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cemburuku Pada Sepasang Burung Cinta

25 Oktober 2018   15:32 Diperbarui: 25 Oktober 2018   15:33 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kicau burung menyambut pagi. Saat mentari tersenyum simpul. Disela tanah basah yang menggurat tapak kaki. Seiring embun yang menetes dari dahan yang tumpul.

Sepasang burung cinta bercengkrama. Menebar secawan rasa. Bawa ribuan cemburu. Yang mengiris kalbu laksana sembilu.

Andai aku boleh memilih. Bebas lepas ataukah terpenjara bersamamu. 'Ku pilih 'tuk pergi. Dan lari menjauh.

Bukan karna takut tersisih. Karna gagal memperoleh kasih. Tapi 'ku takut menyakitimu. Dan merobek hatimu dengan cintaku.

Kita memang tak sama.

Kelembutanmu tak mungkin bersatu. Dengan sikap angkuhku. Sangkar emasmu. Tak seluas hutan tempat bernaungku.

'Ku relakan takdir yang membawamu

Memadu kasih bersamanya sebagai burung cinta

Kita memang berbeda

S'lamanya tak mungkin menyatu

Karna 'ku hanyalah seekor elang kesepian penuh pilu

Yang tergugu di ranting pohon rapuh

Dengan sayap-sayap rindu yang membiru

Jakarta, Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun